Peter F. Drucker, seorang pakar manajemen, sering mengungkap dalam berbagai tulisannya bahwa organisasi sosial maupun perusahaan harus berbasis pengetahuan yang kuat. Drucker menyebutnya dengan organisasi berbasis jaringan pengetahuan. Mengapa demikian? Karena sulit bagi sebuah organisasi menghadapi tantangan zaman kalau pengetahuannya tak berkembang. Padahal dengan pengetahuan akan melahirkan inovasi dan kreativitas.
Penjelasan Drucker tersebut sangat relevan untuk memotret dinamika Ormas Islam dalam pentas dakwah di Indonesia. Bagaimanapun, kondisi Ormas Islam di Indonesia sangat membutuhkan perhatian setiap elemen umat Islam. Gagasan Drucker memang sangat teruji dalam praktik bisnis bahwa era ke depan adalah era pengetahuan. Ada pergeseran paradigma (paradigm shift) bahwa pengetahuan tidak semata dipahami sebagai sistem dan prosedur di dalam perusahaan atau hanya dipahami sebagai sekumpulan ingatan kognitif seseorang yang terakumulasi secara massif.
Pengetahuan dibangun melalui proses pembelajaran yang terus-menerus melalui koreksi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan maupun proses yang adaptif terhadap perubahan lingkungan. Dalam bukunya Post Capitalist Society (1993), sebagaimana dikutip oleh Nurhasan Zaidi dalam bukunya Dakwah, Politik dan Kebangsaan (2009). Drucker mengatakan masyarakat dewasa ini sedang memasuki masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society), dimana sumber-sumber dasar ekonomi bukan lagi kapital, sumber daya alam atau pekerjaan, melainkan ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat tersebut, para ahli dalam berbagai macam ilmu pengetahuan (knowledge worker) akan memegang peranan yang penting.
Berdasarkan pemikiran tersebut, seharusnya Ormas Islam merasa tersentil untuk melakukan berbagai adaptasi dengan berbagai perubahan lingkungan global. Salah satu prinsip kepemimpinan abad 21 bahkan abad 22 ke depan terletak pada adanya keinginan mengembangkan kreatifitas individu, kreatifitas kelompok, kreatifitas organisasi sebagai daya dorong untuk membangun organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol. Artinya, membangun kompetensi organisasi yang berkelanjutan mesti dilirik secara matang agar selalu siap menyesuaikan perubahan lingkungan termasuk kemampuan penyesuaian strategi budaya organisasi.
Dengan demikian, Ormas Islam yang masih mengandalkan ketokohan figur tidak lagi relevan dalam era kompetensi global. Ormas yang masih tergopoh-gopoh dalam mengelola arus informasi di tingkat internal Ormas juga sudah out of date.[1] Karena itu, penguasaan terhadap arus dan perkembangan informasi dan teknologi juga mesti menjadi garapan Ormas Islam.
Jika merujuk kepada penjelasan di atas, maka ada beberapa agenda yang mesti ditunaikan oleh Ormas Islam, terutama jika mereka tak ingin dikendalikan secara membabi-buta dan terus-menerus oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pertama, mencintai ilmu pengetahuan. Ormas Islam harus memastikan kader dan pengurusnya memiliki rasa cinta dan kemauan yang kuat untuk berpengetahuan. Kedua, berpijak pada disiplin keilmuan. Ormas Islam harus memperkuat pengambil keputusan yang berdisiplin, bukan kepentingan tokoh atau politik aliran yang cendrung mendistorsi peran-peran generasi muda. Ketiga, memiliki agenda inovatif. Ormas Islam mesti melakukan berbagai program terobosan yang inovatif terhadap perubahan masyarakat, bangsa bahkan global; terutama dunia Islam. Keempat, memperkuat jaringan lokal. Ormas Islam mesti memperkuat jaringan internal dan eksternalnya di Indonesia. Kelima, membangun jaringan global. Ormas Islam perlu membangun jaringan dengan organisasi dan gerakan Islam Internasional.
Masih banyak gagasan terbaik dari elemen umat Islam yang mesti diketengahkan disini, karena itu, apa yang diungkap pada tulisan ini hanyalah sedikit tambahan sebagai upaya sumbangsih gagasan. Tujuannya adalah untuk kemajuan Ormas Islam, dan agar di masa depan mereka mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa ini dan juga dunia Islam. Mudah-mudahan Ormas Islam dan seluruh umat Islam bisa mengambil manfaat dari apa yang disuguhkan dalam tulisan sederhana ini.(dediesmd)
_____________________
[1] Nurhasan Zaidi, Dakwah, Politik dan Kebangsaan (2009), hlm. 5
Penjelasan Drucker tersebut sangat relevan untuk memotret dinamika Ormas Islam dalam pentas dakwah di Indonesia. Bagaimanapun, kondisi Ormas Islam di Indonesia sangat membutuhkan perhatian setiap elemen umat Islam. Gagasan Drucker memang sangat teruji dalam praktik bisnis bahwa era ke depan adalah era pengetahuan. Ada pergeseran paradigma (paradigm shift) bahwa pengetahuan tidak semata dipahami sebagai sistem dan prosedur di dalam perusahaan atau hanya dipahami sebagai sekumpulan ingatan kognitif seseorang yang terakumulasi secara massif.
Pengetahuan dibangun melalui proses pembelajaran yang terus-menerus melalui koreksi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan maupun proses yang adaptif terhadap perubahan lingkungan. Dalam bukunya Post Capitalist Society (1993), sebagaimana dikutip oleh Nurhasan Zaidi dalam bukunya Dakwah, Politik dan Kebangsaan (2009). Drucker mengatakan masyarakat dewasa ini sedang memasuki masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society), dimana sumber-sumber dasar ekonomi bukan lagi kapital, sumber daya alam atau pekerjaan, melainkan ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat tersebut, para ahli dalam berbagai macam ilmu pengetahuan (knowledge worker) akan memegang peranan yang penting.
Berdasarkan pemikiran tersebut, seharusnya Ormas Islam merasa tersentil untuk melakukan berbagai adaptasi dengan berbagai perubahan lingkungan global. Salah satu prinsip kepemimpinan abad 21 bahkan abad 22 ke depan terletak pada adanya keinginan mengembangkan kreatifitas individu, kreatifitas kelompok, kreatifitas organisasi sebagai daya dorong untuk membangun organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol. Artinya, membangun kompetensi organisasi yang berkelanjutan mesti dilirik secara matang agar selalu siap menyesuaikan perubahan lingkungan termasuk kemampuan penyesuaian strategi budaya organisasi.
Dengan demikian, Ormas Islam yang masih mengandalkan ketokohan figur tidak lagi relevan dalam era kompetensi global. Ormas yang masih tergopoh-gopoh dalam mengelola arus informasi di tingkat internal Ormas juga sudah out of date.[1] Karena itu, penguasaan terhadap arus dan perkembangan informasi dan teknologi juga mesti menjadi garapan Ormas Islam.
Jika merujuk kepada penjelasan di atas, maka ada beberapa agenda yang mesti ditunaikan oleh Ormas Islam, terutama jika mereka tak ingin dikendalikan secara membabi-buta dan terus-menerus oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pertama, mencintai ilmu pengetahuan. Ormas Islam harus memastikan kader dan pengurusnya memiliki rasa cinta dan kemauan yang kuat untuk berpengetahuan. Kedua, berpijak pada disiplin keilmuan. Ormas Islam harus memperkuat pengambil keputusan yang berdisiplin, bukan kepentingan tokoh atau politik aliran yang cendrung mendistorsi peran-peran generasi muda. Ketiga, memiliki agenda inovatif. Ormas Islam mesti melakukan berbagai program terobosan yang inovatif terhadap perubahan masyarakat, bangsa bahkan global; terutama dunia Islam. Keempat, memperkuat jaringan lokal. Ormas Islam mesti memperkuat jaringan internal dan eksternalnya di Indonesia. Kelima, membangun jaringan global. Ormas Islam perlu membangun jaringan dengan organisasi dan gerakan Islam Internasional.
Masih banyak gagasan terbaik dari elemen umat Islam yang mesti diketengahkan disini, karena itu, apa yang diungkap pada tulisan ini hanyalah sedikit tambahan sebagai upaya sumbangsih gagasan. Tujuannya adalah untuk kemajuan Ormas Islam, dan agar di masa depan mereka mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa ini dan juga dunia Islam. Mudah-mudahan Ormas Islam dan seluruh umat Islam bisa mengambil manfaat dari apa yang disuguhkan dalam tulisan sederhana ini.(dediesmd)
_____________________
[1] Nurhasan Zaidi, Dakwah, Politik dan Kebangsaan (2009), hlm. 5
0 comments:
Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan