Sejak awal tahun baru 2009 di beberapa daerah terjadi kelangkaan BBM yang dirasakan cukup parah. Belum selesai masalah kelangkaan gas elpiji untuk rumah tangga muncul masalah baru untuk urusan BBM.
Pertamina sebagai BUMN yang bertanggung jawab mengurusi masalah BBM dan gas elpiji selalu mengkambing hitamkan masalah kelambatan distribusi saja tanpa pernah mencari solusi jitu untuk mengatasi masalah ini.
Permasalahan bermula dari masalah langkanya elpiji hampir di semua wilayah Indonesia, alasannya adalah kerusakan kilang elpiji di Balongan, Indramayu dan disebutkan oleh Pertamina masalah kelangkaan ini tidak akan lama, tapi nyatanya masih berlarut-larut.
Bisakah dibayangkan kesulitan masyarakat kita dengan kondisi sulit gas elpiji?
Pertamina sebagai BUMN yang bertanggung jawab mengurusi masalah BBM dan gas elpiji selalu mengkambing hitamkan masalah kelambatan distribusi saja tanpa pernah mencari solusi jitu untuk mengatasi masalah ini.
Permasalahan bermula dari masalah langkanya elpiji hampir di semua wilayah Indonesia, alasannya adalah kerusakan kilang elpiji di Balongan, Indramayu dan disebutkan oleh Pertamina masalah kelangkaan ini tidak akan lama, tapi nyatanya masih berlarut-larut.
Bisakah dibayangkan kesulitan masyarakat kita dengan kondisi sulit gas elpiji?
Rakyat kecil yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang yang membutuhkan elpiji untuk memasak dagangannya sangat-sangat kesusahan. Sudah diharuskan mengikuti kebijakan pemerintah ikut konversi dari minyak tanah ke elpiji, eh malah bukan main sengsaranya karena elpiji nya langka harganya pun kalau ada sudah mahal sehingga sulit bagi mereka untuk menyesuaikan harga dagangannya. Kalau harga naik pembelinya kurang, kalau harga tidak disesuaikan atau tidak naik, pedagang akan menderita kerugian.
Belum lagi keluhan yang dialami oleh para ibu rumah tangga dengan langkanya gas elpiji dan kenaikan harga yang cukup membuat Cash Flow rumah tangga cukup terbebani.
Masalah gas elpiji belum tuntas muncul masalah baru yaitu kelangkaan BBM di sejumlah wilayah di Indonesia.
Sejak tahun baru 2009, banyak Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU) yang tidak menjual BBM karena alasan belum ada dropping dari Pertamina.
Cukup ironis sekali, kebijakan Pemerintahan SBY yang menurunkan harga BBM bulan Desember 2008 lalu disambut apatis oleh masyarakat luas. Banyak komentar masyarakat, termasuk ibu-ibu pedagang di pasar yang mengatakan bahwa harga BBM turun kan hanya untuk politik saja. Belum lagi angkutan umum yang bersikukuh tidak menurunkan tarif angkutannya dengan alasan harga onderdil (spare part) masih tetap mahal sehingga para pengusaha angkutan terutama supir-supirnya tidak mau menurunkan tarifnya.
Hal tersebut yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, bagaimana kebijakan ini berdampak pada para pengusaha SPBU?
Pemerintah (harusnya Tim Ekonomi) seakan tidak memikirkan dampak kerugian yang dialami oleh para pengusaha SPBU di seluruh Indonesia sebagai akibat diturunkannya harga BBM Premium dan Solar. Apabila dihitung kerugian setiap SPBU mencapai puluhan juta rupiah hanya dalam hitungan detik setelah penurunan harga BBM yang baru diturunkan diberlakukan.
Berapa kerugian SPBU di seluruh Indonesia ? Bagaimana SPBU tidak rugi, harga pembelian D.O. (Delivery Order) untuk stock BBM dengan harga lama sesuai ketentuan jumlah minimum yang harus dibayar/ditebus oleh SPBU, Setelah BBM diikirim kemudian dijual kepada konsumen dengan harga yang baru diturunkan maka terjadilah kerugian bagi pihak SPBU.
Boro-boro disubsidi, dipikirkan solusi untuk mengatasi kerugian para pengusaha SPBU saja tidak pernah.hee...hee...hee
Pertamina menerapkan sistim PERTAMINA WAY yang mana semua SPBU harus mengikuti aturan yang diberlakukan oleh Pertamina dan hukumnya wajib karena apabila tidak diikuti aturan main tersebut, maka SPBU akan dikenakan sanksi tidak akan didrop BBM nya bahkan akan ditutup (disinilah otoriternya Pertamina, investasi milyaran rupiah, menyerap tenaga kerja dsb. seakan dibuang begitu saja tanpa memikirkan susahnya investasi di SPBU dan mengelolanya terus MAIN TUTUP!). Sungguh mengerikan bagi pengusaha SPBU dengan aturan Pertamina yang memainkan Way-nya, tanpa peduli pengusaha mengalami kerugian.
Pemerintah pun seakan hanya mencari popularitas dimata masyarakat dengan penurunan harga BBM tanpa berpikir dampak kerugiannya.
Oleh sebab itu, dengan rencana Pemerintah menurunkan kembali harga BBM untuk kedua kalinya banyak pengusaha SPBU yang tidak mau ambil resiko kerugian seperti yang dialami bulan Desember lalu. Dari berita terakhir disebutkan bahwa Hiswana Migas telah mengadakan Pertamina dan kebijakan yang diberikan oleh Pertamina adalah kerugian SPBU akan dikompensasi dengan jumlah penebusan stock BBM berikutnya apabila Pemerintah menurunkan kembali harga BBM. Sama saja kerugian yang ditunda.
Inilah kondisi negara kita saat ini, selalu menyelesaian masalah dengan masalah dan untuk kasus diatas, Pertamina sebagai BUMN yang bisa dikatakan memonopoli BBM (meski ada SPBU asing namun tetap yang terbesar dan terbanyak adalah Pertamina) maupun gas elpiji seakan tidak profesional menyikapi masalah yang menimbulkan kesengsaraan rakyat maupun pengusaha.
Bahkan tidak kurang wakil Presiden beberapa waktu lalu saat aal Januari lalu melakukan kunjungan ke Serang Banten bila tidak salah, mengatakan bahwa kelangkaan BBM akan diatasi kurang dari seminggu, ternyata..?!
Presiden SBY pun sampai dua kali menyindir Pertamina untuk masalah kelangkaan BBM ini.
Tanggal 7 Januari 2009 Direktur Utama Pertamina pun dipanggil Wakil Presiden namun tidak disebutkan apa solusinya malah Dirut Pertamina dengan oercaya diri mengatakan siap dicopot apabila dianggap tidak kapabel mengatasi masalah ini.
Rasanya masih ada anak-anak bangsa yang memiliki kemampuan, sense of belonging, kepekaan dan kepedulian terhadap masalah semacam ini.
Mengapa seorang Presiden hanya menyindir saja sampai dua kali tanpa mengambil satu sikap atau tindakan ? Mengapa Wakil Presiden hanya bisa menenangkan masyarakat dengan janji-janji kelangkaan akan segera selesai, namun kenyataannya?
Setiap hari bisa dilihat di semua stasiun televisi dan media-media cetak bahwa kelangkaan BBM masih terjadi dimana-mana.
Ironis sekali bagi Bangsa Indonesia, negara yang kaya akan sumber energi tapi selalu mengalami persoalan-persoalan yang terkait dengan masalah energi.
Saatnya kita memiliki Pemimpin yang tegas dan berwibawa, memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi kepada hajat rakyat banyak dan sudah barang tentu didukung oleh Tim yang mumpuni, kompak dan solid dalam menjalankan pemerintahan dan profesional dalam mengantisipasi dampak kebijakan-kebijakan yang dibuat.
Apabila kita berbicara di warung kopi, ngobrol dengan petani, pedagang di pasar tradisional, masyarakat di desa-desa dan di pesantren-pesantren, ternyata keinginan mereka sangat sederhana sekali, yang penting kami bisa makan, harga kebutuhan hidup dapat terjangkau, syukur-syukur anak-anak kami bisa sekolah.
Marilah kita kedepankan kepentingan rakyat diatas segala-galanya sebab Bangsa Sehat Negara Kuat. (dediesmd)
0 comments:
Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan