Dari segi bahasa, Tarbiyah Islamiyah bermakna :
1. Rabba-yarbu (tumbuh berkembang).
2. Rabbiya-yarba (tumbuh secara alami).
3. Rabba-yarubbu (memperbaiki, meningkatkan).
Ada beberapa perkataan dalam bahasa arab yang seerti dan senada dengan perkataan ‘Tarbiyah’ yaitu :
1. Rabba-yarbu (tumbuh berkembang).
2. Rabbiya-yarba (tumbuh secara alami).
3. Rabba-yarubbu (memperbaiki, meningkatkan).
Ada beberapa perkataan dalam bahasa arab yang seerti dan senada dengan perkataan ‘Tarbiyah’ yaitu :
1. Ziyadah (penambahan).
2. Nas’ah (pertumbuhan).
3. Taghdiyyah (pemberian zat makanan).
4. Ri’ayah (pemeliharaan).
5. Muhafazhah (penjagaan).
Sedangkan secara istilah, Tarbiyah Islamiyah adalah memperbaiki sesuatu, menjaga serta memeliharanya.
Secara ringkasnya, Tarbiyah Islamiyah adalah proses penyiapan manusia menjadi sholeh, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan dan tindakannya secara keseluruhan.
ALASAN PERLUNYA TARBIYAH DARI ASPEK DALAM AJARAN ISLAM
PERTAMA :
Hasil kajian kita terhadap sirah Rasulullah saw memberi kita kefahaman bahwa Rasulullah saw telah membimbing umat manusia untuk keluar dari kongkongan ciri-ciri berikut :
- Kejahilan (Al Jahl).
- Kehinaan (Dzillah).
- Kemiskinan (Faqr).
- Perpecahan (Tanafur).
KEDUA :
Keadaan umat Islam sekarang tidak memahami Islam itu sendiri sehingga akhirnya terjebak dalam suasana jahiliyah modern dengan kesesatan yang lebih dahsyat dan nyata sebagaimana firman Allah swt :
“Sesungguhnya Allah telah mengurniakan (rahmatNya) kepada orang-orang yang beriman, setelah Ia mengutuskan dalam kalangan mereka seorang Rasul dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (kandungan Al-Quran yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajar mereka Kitab Allah (Al-Quran) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum Syariat). Dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata.” (QS Ali Imran : 164)
Kesan dari suasana tersebut, umat Islam sekarang berada pada tahap kritis yang diakibatkan oleh :
- Kecintaan pada dunia yang berlebihan dan takut mati.
Hasil kajian kita terhadap sirah Rasulullah saw memberi kita kefahaman bahwa Rasulullah saw telah membimbing umat manusia untuk keluar dari kongkongan ciri-ciri berikut :
- Kejahilan (Al Jahl).
- Kehinaan (Dzillah).
- Kemiskinan (Faqr).
- Perpecahan (Tanafur).
KEDUA :
Keadaan umat Islam sekarang tidak memahami Islam itu sendiri sehingga akhirnya terjebak dalam suasana jahiliyah modern dengan kesesatan yang lebih dahsyat dan nyata sebagaimana firman Allah swt :
“Sesungguhnya Allah telah mengurniakan (rahmatNya) kepada orang-orang yang beriman, setelah Ia mengutuskan dalam kalangan mereka seorang Rasul dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (kandungan Al-Quran yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajar mereka Kitab Allah (Al-Quran) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum Syariat). Dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata.” (QS Ali Imran : 164)
Kesan dari suasana tersebut, umat Islam sekarang berada pada tahap kritis yang diakibatkan oleh :
- Kecintaan pada dunia yang berlebihan dan takut mati.
- Saling berpecah belah.
- Mengkotak-katikkan ajaran Islam.
- Penyimpangan ajaran Islam hasil pengaruh sekularisme, plularisme dan liberalisme.
- Terbelenggu dengan ajaran yang berbau takhayul, bid’ah dan khurafat.
- Meninggalkan jihad.
KETIGA :
Ia adalah satu-satunya jalan keluar dari kesesatan melalui pembinaan yang di dalamnya terkandung :
- Tilawah (Membaca & dibacakan).
- Tazkiyah (Pembersihan diri).
- Ta’limul kitab wal hikmah (Belajar Al-Qur’an dan hadits)
“(Nikmat berkiblatkan Kaabah yang Kami berikan kepada kamu itu), samalah seperti (nikmat) Kami mengutuskan kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu (iaitu Muhammad), yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan membersihkan kamu (dari amalan syirik dan maksiat), dan yang mengajarkan kamu kandungan Kitab (Al-Quran) serta Hikmah kebijaksanaan, dan mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 151)
Usaha di atas dilaksanakan sehingga kita akan memperolehi nikmat yang akan menghantarkan kita kepada ‘Khairu Ummah.’
“Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran : 110)
dengan ciri-ciri :
- Berpengetahuan.
- Terhormat.
- Kekayaan.
- Persaudaraan.
DARI ASPEK INDIVIDU
PERTAMA :
Hakikat jiwa yang memerlukan pembinaan sebagaimana firman Allah swt :
“Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa; Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).” (QS Ash Syams : 8-10)
Hakikat jiwa tersebut menghadapi persoalan bahwa secara fitrahnya, pada diri kita terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan kepada dosa.
PERTAMA :
Hakikat jiwa yang memerlukan pembinaan sebagaimana firman Allah swt :
“Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa; Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).” (QS Ash Syams : 8-10)
Hakikat jiwa tersebut menghadapi persoalan bahwa secara fitrahnya, pada diri kita terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan kepada dosa.
KEDUA :
Adanya musuh turun temurun yang tidak hanya membuat perancangan yang matang tapi juga merealisasikannya sebagai sebahagian dari langkah syaitan.
“Wahai sekalian manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah Syaitan; kerana sesungguhnya Syaitan itu ialah musuh yang terang nyata bagi kamu. Ia hanya menyuruh kamu melakukan kejahatan dan perkara-perkara yang keji, dan (menyuruh) supaya kamu berkata (dusta) terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui (salah benarnya).” (QS Al Baqarah : 168 - 169)
“Demi sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al Maaidah : 82)
“Sesungguhnya Syaitan adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya); sebenarnya dia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi dari penduduk neraka.” (QS Faathir : 6)
Untuk menghalang serangan musuh diperlukan amal jama’ie di kalangan kaum muslimin dan ianya tidak akan berlaku kecuali dimulai dengan tarbiyah.
KENAPA TARBIYAH ISLAMIYAH ITU PENTING?
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan penciptaan manusia oleh Allah swt hanyalah satu iaitu beribadah kepada Allah, seperti berikut :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi(beribadah) kepada-Ku”. (Qs Az Zaariyaat : 56)
Agar kehidupan manusia di dunia bernilai ibadah maka manusia mestilah sentiasa menyandarkan tuntunan hidupnya kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) dan mampu merefleksikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dalam mengharungi kehidupannya di dunia ini.
Namun, pada kenyataannya sekarang ini manusia, khususnya majoriti umat Islam berada dalam keadaan yang sangat memperihatinkan, jauh dari tuntunan Islam, sehingga yang nampak adalah bahwa umat Islam itu bodoh, hina, lemah, miskin, berpecah belah dan tidak memiliki kebanggaan terhadap Islam.
Tarbiyah memiliki kepentingan yang tiada taranya, sejak amal Islami dibangunkan pada masa-masa awalnya, kita telah memahami bahwa langkah yang paling efektif untuk proses perbaikan adalah pembinaan peribadi sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sistemnya untuk menghantarkannya kepada suatu tujuan, iaitu masyarakat muslim, lalu umat muslim, kemudian Negara Islam yang menegakkan syariat Allah swt.
Tarbiyah memiliki pengertian bahwa : “Tarbiyah adalah satu cara yang ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata) ataupun secara tidak langsung (berupa keteladanan, sesuai dengan sistem dan tingkatannya yang khas), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju keadaan yang lebih baik.”
Imam Hasan Al Banna bersama Ikhwanul Muslimin yang didirikannya pada tahun 1928 mencanangkan idealisma yang sedemikian tinggi sehingga tertegaknya kembali kejayaan Islam. Tapi untuk menuju ke situ, kita perlu mempunyai satu modal, yaitu pemuda.
Maka tidak ada yang perlu dilakukan kecuali mentarbiyah mereka sehingga akhirnya tarbiyah menjadi semacam “trade merk” bagi Jamaah Ikhwanul Muslimin.
Tarbiyah Ikhwanul Muslimin lahir dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya, menyusuri perjalanan sahabat dan tabi’in serta mengambil suri teladan dari manusia teladan yang ma’sum, Muhammad saw, para mujaddi yang sholeh serta para tokoh Islam sepanjang sejarah.
Imam Hasan Al Banna telah menggariskan bahwa tahapan aktiviti dalam Ikhwanul Muslimin ada tiga, iaitu :
a. Ta’rif (pengenalan).
b. Takwin (pembinaan).
c. Tanfizh (perlaksanaan).
Adanya musuh turun temurun yang tidak hanya membuat perancangan yang matang tapi juga merealisasikannya sebagai sebahagian dari langkah syaitan.
“Wahai sekalian manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah Syaitan; kerana sesungguhnya Syaitan itu ialah musuh yang terang nyata bagi kamu. Ia hanya menyuruh kamu melakukan kejahatan dan perkara-perkara yang keji, dan (menyuruh) supaya kamu berkata (dusta) terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui (salah benarnya).” (QS Al Baqarah : 168 - 169)
“Demi sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al Maaidah : 82)
“Sesungguhnya Syaitan adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya); sebenarnya dia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi dari penduduk neraka.” (QS Faathir : 6)
Untuk menghalang serangan musuh diperlukan amal jama’ie di kalangan kaum muslimin dan ianya tidak akan berlaku kecuali dimulai dengan tarbiyah.
KENAPA TARBIYAH ISLAMIYAH ITU PENTING?
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan penciptaan manusia oleh Allah swt hanyalah satu iaitu beribadah kepada Allah, seperti berikut :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi(beribadah) kepada-Ku”. (Qs Az Zaariyaat : 56)
Agar kehidupan manusia di dunia bernilai ibadah maka manusia mestilah sentiasa menyandarkan tuntunan hidupnya kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) dan mampu merefleksikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dalam mengharungi kehidupannya di dunia ini.
Namun, pada kenyataannya sekarang ini manusia, khususnya majoriti umat Islam berada dalam keadaan yang sangat memperihatinkan, jauh dari tuntunan Islam, sehingga yang nampak adalah bahwa umat Islam itu bodoh, hina, lemah, miskin, berpecah belah dan tidak memiliki kebanggaan terhadap Islam.
Tarbiyah memiliki kepentingan yang tiada taranya, sejak amal Islami dibangunkan pada masa-masa awalnya, kita telah memahami bahwa langkah yang paling efektif untuk proses perbaikan adalah pembinaan peribadi sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sistemnya untuk menghantarkannya kepada suatu tujuan, iaitu masyarakat muslim, lalu umat muslim, kemudian Negara Islam yang menegakkan syariat Allah swt.
Tarbiyah memiliki pengertian bahwa : “Tarbiyah adalah satu cara yang ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata) ataupun secara tidak langsung (berupa keteladanan, sesuai dengan sistem dan tingkatannya yang khas), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju keadaan yang lebih baik.”
Imam Hasan Al Banna bersama Ikhwanul Muslimin yang didirikannya pada tahun 1928 mencanangkan idealisma yang sedemikian tinggi sehingga tertegaknya kembali kejayaan Islam. Tapi untuk menuju ke situ, kita perlu mempunyai satu modal, yaitu pemuda.
Maka tidak ada yang perlu dilakukan kecuali mentarbiyah mereka sehingga akhirnya tarbiyah menjadi semacam “trade merk” bagi Jamaah Ikhwanul Muslimin.
Tarbiyah Ikhwanul Muslimin lahir dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya, menyusuri perjalanan sahabat dan tabi’in serta mengambil suri teladan dari manusia teladan yang ma’sum, Muhammad saw, para mujaddi yang sholeh serta para tokoh Islam sepanjang sejarah.
Imam Hasan Al Banna telah menggariskan bahwa tahapan aktiviti dalam Ikhwanul Muslimin ada tiga, iaitu :
a. Ta’rif (pengenalan).
b. Takwin (pembinaan).
c. Tanfizh (perlaksanaan).
Oleh karenanya setiap tahapan itu akan tegak hanya dengan tarbiyah.
Oleh karena itu, adalah penting untuk memberi perhatian yang khusus kepada tarbiyah dan menjadikannya sebagai keutamaan di setiap kegiatannya, bahkan menjadikannya sebagai aktivitas yang kontinyu dan tidak berhenti di tahapan manapun dari tahapan-tahapan sejarahnya.
Penekanan terhadap kepentingan tarbiyah ini kadangkala mengundang komentar dari orang luar bahwa :
Tarbiyah bukanlah segala-galanya dan dengan tarbiyah semata-mata, kita tidak akan mampu meraih kemenangan.
Namun, ia kemudiannya dijawab oleh salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin, Syeikh Musthafa Masyhur bahwa :
Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya tidak akan mampu diraih kecuali melalui tarbiyah.
Tarbiyah Islamiyah sebagaimana yang sudah disebutkan memberi arti proses mempersiapkan seseorang dengan persiapan yang menyentuh :
1. Seluruh aspek kehidupannya meliputi ruhani, jasmani dan akal fikiran.
Oleh karena itu, adalah penting untuk memberi perhatian yang khusus kepada tarbiyah dan menjadikannya sebagai keutamaan di setiap kegiatannya, bahkan menjadikannya sebagai aktivitas yang kontinyu dan tidak berhenti di tahapan manapun dari tahapan-tahapan sejarahnya.
Penekanan terhadap kepentingan tarbiyah ini kadangkala mengundang komentar dari orang luar bahwa :
Tarbiyah bukanlah segala-galanya dan dengan tarbiyah semata-mata, kita tidak akan mampu meraih kemenangan.
Namun, ia kemudiannya dijawab oleh salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin, Syeikh Musthafa Masyhur bahwa :
Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya tidak akan mampu diraih kecuali melalui tarbiyah.
Tarbiyah Islamiyah sebagaimana yang sudah disebutkan memberi arti proses mempersiapkan seseorang dengan persiapan yang menyentuh :
1. Seluruh aspek kehidupannya meliputi ruhani, jasmani dan akal fikiran.
2. Kehidupan duniawinya dengan segenap aspek hubungan dan kemaslahatan yang mengikatnya.
3. Kehidupan akhiratnya dengan segala amalan yang dilakukannya yang membuatkan samada Allah ridha atau murka.
Oleh karena itu, tarbiyah bersifat bersepadu dan komprehensif dan itulah yang membedakan antara sistem Islam dengan sistem atau peraturan manapun di mana sistem Islam mencakupi seluruh aspek kehidupan itu dengan cakupan yang penuh terperinci.
PERANAN TARBIYAH DALAM KEHIDUPAN
- Memahami gambaran yang jelas mengenai Islam yang sempurna dan benar.
- Membentuk kepribadian muslim secara utuh.
- Menumbuhkan harga diri dan peribadi yang tidak mudah dipecah belahkan
- Keimanan dan ketaqwaan penduduk merupakan asas terwujudnya kemakmuran yang penuh berkah.
- Mewujudkan ketenteraman dan kestabilan masyarakat.
CIRI-CIRI TARBIYAH ISLAMIYAH
- Rabbaniyah, yaitu seluruh aspeknya diasaskan kepada nilai rabbaniyah yang diuraikan dalam Kitabullah dan Sunnah RasulNya.
- Syamilah, yaitu tarbiyah yang dibangun dengan memperhatikan segala aspek dalam kehidupan akal, jasad dan ruh, ataupun dalam kerangka hubungan individu dengan masyarakat, alam dan al Khaliq tanpa ada pemisahan.
- Mutakamilah, yaitu tarbiyah yang tidak terbatas pada tempat tertentu serta berlangsung di sekolah, masjid, rumah, di jalan, di kebun, medan pertempuran bahkan di pasar.
- Marhaliyah, yaitu seluruh tabiat alam berlaku secara bertahap, demikian pula perkembangan fizikal dan psikologi manusia. Oleh karena itu, pendidikan dibangun dengan sifat bertahap dan mengikuti perkembangan kematangan manusia.
- Muruunah, iaitu dalam aplikasi tarbiyah disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang melatar belakangkan dan melingkupi objek dan subjek pendidikan, justeru dalam rangka untuk mendapatkan hasil yang optimum.
- Istimrariyah, yaitu proses tarbiyah yang tidak mengenal istilah “Selesai”. Setiap individu wajib belajar sepanjang hayat (Tarbiyah Maddal Hayah)
- Tanmawiyah, yaitu memberikan peluang pembaharuan metoda dan gaya penyampaian selaras dengan penemuan dan perkembangan ilmu, selama kita berjalan pada prinsip-prinsip asas Islam.
- Fardhiyah, Islam mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu. Implikasinya, bererti melibatkan semua pihak untuk mempersiapkan segala tingkatan, wasilah dan kelengkapan pendidikan sebaik-baiknya.
- Tathbiqiyah, yaitu tarbiyah yang bersifat praktik, artinya setiap ilmu yang diperoleh mesti berorientasikan kepada produktivitas.
- Hurriyah, yaitu tarbiyah yang berasaskan kepada kebebasan. Islam tidak memaksakan perlu belajar apa dan bagaimana, setiap individu bebas mereguk ilmu apa saja selagi tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
- Infitah, yaitu tarbiyah yang berasaskan prinsip keterbukaan. Setiap muslim menyerap ilmu dari mana saja serta mampu pula memanfaatkan warisan peradaban manusia terdahulu yang bermanfaat.
- Maslahah, yaitu tarbiyah yang dibangun untuk memberikan kemaslahatan ummah, memberikan sumbangan dalam pendidikan kesejahteraan, kemakmuran dan peradaban ummah. Oleh kerana itu, pendidikan Islam berorientasi pada nilai manfaat dan mashlahat bagi ummat.
TUJUAN TARBIYAH ISLAMIYAH
Tarbiyah Islamiyah mempunyai beberapa tujuan dan diantaranya adalah :
- Membentuk manusia beraqidah (tarbiyah aqidiyah)
- Membentuk manusia berakhlak mulia (tarbiyah khuluqiyah)
- Membentuk manusia berfikir (tarbiyah fikriyah)
- Membentuk manusia yang sihat dan kuat (tarbiyah jismiyah)
- Membentuk manusia yang kreatif, berinisiatif, antisipatif dan responsif (tarbiyah amaliyah)
Dalam kitab ‘Thariqud-da’wah bainal ashalah wal inhiraf’ (Jalan Dakwah, antara keaslian dan penyimpangan), Syekh Musthafa Masyhur mengatakan bahwa :
“Pribadi muslim adalah batu bata asas dalam pembinaan, dimana menyangkut pembinaan al bait al muslim (keluarga muslim), atau al mujtama al muslim (masyarakat muslim), atau ‘al hukumah al muslimah dan ad-daulah’. Sesuai dengan kadar yang diterima oleh peribadi dalam hal tarbiyah, sesuai dengan itu pulalah kekokohan bangunannya.
Aqidah dan iman yang kuat adalah asas pembentukan pribadi muslim, oleh yang demikian, kecuaian di bidang tarbiyah terhitung sebagai kelemahan dalam tapak asas dan akan menghadapkan bangunan kepada keruntuhan cepat atau lambat.
Tidak memberikan perhatian yang selayaknya kepada tarbiyah juga akan memberi kesan kepada menurunnya tingkatan keperibadian sehingga tidak meluluskan seseorang menjadi pribadi-pribadi dengan tingkatan tanggungjawab dan daya tahan dalam memikul berbagai amanah amal, di mana seharusnya mereka meringankan beban-beban dakwah, tapi sebaliknya ia malah menimbulkan berbagai permasalahan dan pertentangan-pertentangan dan jadilah mereka itu beban yang merugikan amal, produktivitas dan dakwah.
Tarbiyah mempunyai pengaruh yang sangat panjang sepanjang hari-hari yang ada, dan juga dalam menghadapi berbagai peristiwa serta memenuhi tuntutan-tuntutan amal di atas jalan dakwah, samada di saat berlakunya mihnah (ujian) dan menghadapi tipu daya musuh, ataupun di saat munculnya tuntutan jihad, ‘tadhhiyah’ (pengorbanan) dan tugas-tugas lainnya.
Sangat penting juga untuk dijelaskan bahwa tidak tepat kefahaman bahwa tarbiyah hanya terbatas pada orang baru dalam dakwah dan tidak lagi relevan bagi orang yang telah lama di jalan dakwah ini, akan tetapi, tarbiyah mestilah bersifat terus menerus dan untuk berbagai tingkatan serta berbagai tahap senioritas, karena, tidak ada seorangpun kecuali memerlukan bekalan dan peringatan”.
Seterusnya, beliau menjelaskan tentang sebab-sebab pengabaian tarbiyah di antaranya adalah :
- Dominannya aspek siyasah (politik) dalam harakah berbanding aspek tarbiyah. Kesannya, banyak waktu-waktu yang terjebak pada aspek-aspek formal, diskusi-diskusi dan lain-lain.
- Tidak menyiapkan murabbi-murabbi baru yang sanggup membina pendatang-pendatang baru, maka dari sinilah tingkatan tarbiyah akan menurun. Demikian juga karena adanya perhatian yang berlebihan terhadap penyebaran dakwah yang memberi kesan kepada ramainya pendatang baru tanpa diimbangi oleh daya dukung untuk mengukuhkan mereka dengan tarbiyah. Oleh yang demikian, menjadi suatu kemestian untuk memberi perhatian dalam menyiapkan para murabbi dan menyelaraskan antara penyebaran dakwah dan tarbiyah, maksudnya antara marhalah ta’rif (pengenalan) dan marhalah takwin (pembentukan).
- Berubahnya halaqah menjadi kelas-kelas pengajian yang sekadar tingkatan ‘ma’rifah’ (tahu) dan mendapat pelajaran, padahal ia seharusnya menjadi bingkai tempat dituangkannya bahan manhaj, takwin (pembentukan) dan taqwimul akhlaq (pelurusan akhlak) atau secara umumnya, inhiraf (penyelewengan) dalam hal ini adalah pengosongan wasilah-wasilah tarbiyah dari mutiara intinya sehingga wasilah-wasilah tersebut hanya berbentuk penampilan luaran semata-mata.
- Disibukkan oleh bidang-bidang kegiatan tertentu, kerana situasi dan keadaan yang muncul sehingga menyebabkan terabainya tarbiyah. Tidak benar kalau sampai ada sesuatu perkara yang menyebabkan ditinggalkannya tarbiyah kerana kesibukan menguruskan sesuatu, apapun ia, termasuk jihad dan memerangi musuh, bahkan, tarbiyah dalam situasi dan keadaan yang sangat sulit dan genting itu justeru menjadi urusan yang paling mustahak, karena unsur iman adalah sebab yang paling penting untuk dipenuhi dalam rangka mendapatkan dukungan, pertolongan dan kemenangan dari Allah swt.
Dalam kitab tersebut juga, Syekh Musthafa Masyhur menyebutkan berbagai bentuk penyimpangan, di antaranya adalah :
- Sedikit ilmu.
- Perhatian hanya kepada aspek penampilan yang melupakan mutiara isinya dan dominasi debat dan diskusi yang mengalahkan amal.
- Asal kerja berjalan dan tidak ada perencanaan.
Oleh yang demikian, untuk tetap bertahan pada jalan yang lurus yaitu jalan taqwa, manusia memerlukan pengawalan yang ketat secara terus-menerus dan perkara ini hanya boleh terlaksana dengan ‘Tarbiyah Islamiyah’ yang sentiasa memastikan setiap individu berjalan di atas jalan ketaqwaan.
Hakikatnya Tarbiyah Islamiyah adalah wajib kerana ia merupakan wasilah terlaksananya kewajiban agama yaitu ibadah. Ta’lim adalah bagian dari tarbiyah dan ibadah tidak sah tanpa mengetahui hukum dan syarat sahnya ibadah.
Ya Allah, berilah kefahaman yang jelas kepada kami sehingga kami tetap berpegang dan meningkatkan komitmen kami terhadap Tarbiyah Islamiyah karena asas binaan yang kokoh ke arah pembentukan individu, masyarakat, dan negara bagi tujuan menyebar luaskan dakwah ke seluruh pelosok bumi bagi memenuhi matlamat membawa rahmat ke seluruh alam.
Aamiin Ya Rabbal Alamin
0 comments:
Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan