Dunia Islam kini menyaksikan lahirnya berbagai harakah, tanzim, jamaah dan firqah Islamiyah yang beraneka ragam.
Terdapat bermacam-macam pemikiran yang masing-masing memiliki manhaj tersendiri dalam berkhidmat dan berjuang menegakkan Islam di muka bumi sesuai dengan :
1. Penentuan sasaran.
2. Keutamaan.
3. Tahapan.
Dr Yusuf Al Qaradhawi dalam kitabnya ‘Fiqhul Ikhtilaf ‘menyatakan bahwa tidaklah menjadi masalah adanya beberapa kelompok dan jamaah yang berjuang untuk menegakkan Islam sebagaimana perkara itu merupakan :
Perbedaan yang bersifat variatif (ta’addudu tanawwu’) BUKAN Perbedaan yang bersifat kontradiktif (‘ta’addudu ta’arudh’).
Syarat lainnya adalah antara semua pihak perlu ada hubungan kerja dan koordinasi sehingga mereka saling menyempurnakan dan menguatkan. Dalam menghadapi masalah-masalah asasi dan keprihatinan bersama, ia perlu mencerminkan satu barisan, laksana bangunan yang kokoh.
Namun, pada kenyataannya seperti yang diungkapkan oleh Ustaz Fathi Yakan bahwa “ta’addudiyah” (berbilang harakah, tanzim, jamaah dan firqah Islamiyah) yang ada kini tidak melahirkan kecuali :
- Semakin memuncaknya permusuhan.
- Menghembuskan nafsu hasad dan dengki kepada sesama sendiri.
- Saling bertengkar.
- Saling mengintai kelemahan.
Hanya benar-benar bertentangan dengan kehendak Islam bahwa perlu wujud suasana saling memahami dan saling menutupi kesalahan di antara gerakan Islam.
Realitas yang diungkapkan oleh Ustaz Fathi Yakan benar-benar berlaku di mana saat ini, antara anggota harakah, sering terjadi pergeseran perbuatan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Yang secara langsung misalnya nampak dalam persaingan antara kelompok harakah di kampus, sekolah, masjid dan berbagai institusi lainnya yang sudah tersentuh dengan angin dakwah sehingga ia menimbulkan suasana untuk saling menonjolkan diri dan mengambil peranan yang lebih dominan.
Sementara yang tidak secara langsung adalah melalui penggambaran yang tidak seimbang tentang harakah lain yang dilakukan oleh kumpulan elit sebuah harakah terhadap pengikutnya seperti berikut :
- Sering membid’ahkan yang lain.
- Menggambarkan kumpulan lain sebagai agen Yahudi.
- Menuduh sesuatu terlalu keras.
- Menuduh orang lain sebagai penyokong ‘LGBT’ dan ‘human-rightisme’.
- Menuding jari kepada kumpulan yang nampak begitu bersikap toleransi dengan kaum yang tidak sebangsa dengannya.
Proses tersebut, secara tidak sadar, akan menciptakan suatu identifikasi picisan bahwa kita benar dan mereka salah dan dalam jangka panjang akan menimbulkan kesadaran yang cukup naif bahwa mereka adalah lawan kita.
Para aktivis dakwah hendaklah berwaspada dengan fenomena yang berlaku ini sehingga jangan sampai limpahan negatif ‘ta’aduddiyah’ ini tumbuh subur tidak terkendali sehingga memungkinkan musuh-musuh Islam memanfaatkannya untuk menghancurkan harakah Islam itu sendiri.
Sudah sampai masanya para aktivis dakwah dalam berbagai harakah, tanzim, jamaah dan firqah Islamiyah :
- Saling bersinergi.
- Berusaha mendekatkan persepsi.
- Menyatukan hati.
- Membersihkan diri dari ‘ta’assub’ (sikap fanatik) serta membina suasana penuh ukhuwah, kerjasama dan saling memahami.
MENGAPA KITA PERLU BERSINERGI?
PERTAMA : Dalil dari Al-Qur’an
PERTAMA : Dalil dari Al-Qur’an
Taujih Rabbani dalam Al-Qur’an dengan jelas dan tegas menekankan kewajiban bersinergi. Allah Azza wa jalla menyeru orang-orang beriman agar memelihara persatuan dan kesatuan.
Firman-Nya : “Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103)
“Janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah belah dan bertikai setelah datang sejumlah petunjuk kepada mereka.” (QS Ali Imran : 105)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat : 10)
Bahkan lebih jauh lagi, Al-Qur’an menegaskan bahwa berbantah-bantahan akan menyebabkan kegagalan dan hilangnya kekuatan.
“Taatlah kepada Allah dan rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gagal dan hilang kekuatan. Bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Anfal : 46)
Tanpa penafsiran yang mendalam terhadap ayat-ayat di atas pun, kita dapat fahami dengan terang, bahwa Allah swt menyeru setiap dari kita untuk sentiasa bersatu padu.
KEDUA : Dalil dari Sunnah
Sepertimana Al-Qur’an, Sunnah Nabawiyah juga menegaskan tentang pentingnya bersinergi, saling mendukung dan bersatu padu.
Rasulullah saw bersabda : “Orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain bagaikan bangunan yang sebahagiannya menyangga sebahagian yang lain.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, ia tidak meremehkannya, tidak menghinakannya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).” (HR Muslim)
“Perumpamaan kaum Muslimin dalam cinta, kepedulian dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya mengeluh sakit, maka seluruh anggota tubuh juga ikut menjaga dan berjaga.” (H.R Bukhari)
KETIGA : Dalil dari realitas
Realiti kompleks dan beratnya permasalahan dakwah kontemporari juga menjadi dalil yang kuat bagi mendorong setiap dari kita untuk bersinergi.
Krisis yang sedang melanda umat Islam ketika ini tidak lagi bertumpu kepada aspek-aspek tertentu dalam kehidupan umat, melainkan menyentuh keseluruhannya di mana hampir dalam semua sudut kaum muslimin mengalami kemunduran.
Imam Hasan Al-Banna mengungkapkan situasi pada zamannya bahwa :
- Dalam bidang politik, kaum muslimin terjajah oleh musuh-musuhnya, sementara rakyatnya terpecah belah dalam kelompok-kelompok kepartaian.
- Dalam bidang ekonomi, sistem riba merajalela dan perusahaan-perusahaan asing menguasai hampir seluruh sektor ekonomi dan mengeksploitasi sumber daya alamnya.
- Dalam bidang pemikiran, berbagai ‘isme’ telah memudarkan ideologi, aqidah, kesadaran dan pola berfikir putera-putera bangsanya.
- Dalam bidang sosial, keruntuhan moral dan gaya hidup hedonisme telah mencabut akar keluhuran budi pekerti dan rasa kemanusiaan yang mereka warisi dari pendahulu-pendahulu mereka. Sementara demam kebaratan telah merubah gaya hidup dalam semua sudutnya secara begitu cepat, secepat aliran bisa ular yang menjalar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan akhirnya mengeruhkan ketenangannya.
- Dalam bidang undang-undang, mereka dikuasai oleh undang-undang bumi (buatan manusia) yang belum pernah terbukti mampu, mencegah kezaliman dan tidak pernah mampu mengungguli perundangan langit yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta, Pemilik seluruh jiwa manusia.
- Dalam bidang pendidikan, bangsa-bangsa muslim dililit oleh sistem pendidikan barat yang terbukti gagal membangun generasi penerus yang akan memikul amanah kebangkitan di masa akan datang.
- Dalam bidang kejiwaan, ia telah dijangkiti oleh keputusasaan yang membinasakan, kemalasan dan sikap tidak acuh, pengecut dan rasa rendah diri, tiada sikap kejantanan, sifat ego berlebihan serta kebakhilan, yang semua itu telah berhasil mengikis semangat berkorban dan menyeret umat Islam keluar dari barisan para mujahidin menuju barisan orang-orang yang lengah dan lalai.
Oleh karena itu, setiap kita perlu sedar bahwa usaha memajukan Islam dan umat Islam mustahil hanya dapat dipikul oleh satu harakah, tanzim, jamaah atau firqah Islamiyah tertentu.
Ia pun mustahil dapat dilakukan hanya dengan satu bentuk pendekatan dakwah yaitu :
- Tabligh saja.
- Ta’lim saja.
- Tarbiyah (pendidikan) saja.
- Tatsqif (penyebaran wawasan) saja.
- Amal khidami (pelayanan & khidmat sosial) saja.
- Iqtishadi (ekonomi) saja.
- Siyasah (politik) saja.
- Jihad saja.
Lebih-lebih lagi, gerakan Islam ketika ini menghadapi tentangan yang cukup berat. Realitas dakwah gerakan Islam kontemporari sangat berbeda dengan realitas dakwah gerakan Islam pertama di masa lalu yang dimulakan oleh Rasulullah SAW.
PERTAMA : Dakwah Islam yang pertama dahulu merupakan suatu sistem yang menghimpun seluruh kekuatan kaum muslimin, sedangkan gerakan Islam kontemporer hanya menghimpun sebahagian dari mereka.
KEDUA : Gerakan Islam yang pertama dahulu merupakan ‘Jama’atul Muslimin’, sedangkan gerakan Islam kontemporer hanyalah merupakan ‘Jama’ah Minal Muslimin’.
Inilah realitas yang menjadikan dakwah Islam pertama bergerak secara bersepadu menghadapi jahiliyah, sedangkan gerakan Islam kontemporer berada dalam situasi yang sukar.
Di samping dituntut untuk menghadapi gerakan jahiliyah kontemporer, ia juga dipaksa mengambil sebuah sikap yang sesungguhnya sukar atas asas yang lebih luas bahwa mereka bangsa muslim yang berbeda dan tidak mau tunduk kepada kehendak orang lain. Keadaan seperti ini banyak dimanfaatkan oleh sistem-sistem jahiliyah.
LANGKAH MENUJU SINERGI
Mewujudkan sinergi antara gerakan Islam mungkin bukan suatu perkara yang mudah, tapi ianya bukan bererti mustahil untuk diwujudkan. Oleh kerana itu, setiap kita mesti mulai mencuba untuk melangkah bagi melakukan usaha pendekatan menuju sinergi.
Langkah-langkah tersebut boleh kita mulai dengan usaha-usaha berikut :
1. Memahami ‘ikhtilaf’ (perselisihan).
2. Melakukan dialog haraki untuk mendekatkan persepsi.
3. Bekerjasama dalam masalah yang disepakati.
A. MEMAHAMI ‘IKHTILAF’
Dr. Yusuf Al Qaradhawi memaparkan beberapa langkah menuju tercapainya saling pengertian antara gerakan Islam dalam menimbang ‘ikhtilaf’ yang berlaku di antara mereka.
PERTAMA : Bahwa untuk masalah-masalah furu’, perbedaan pendapat adalah sebuah kemestian dan rahmat.
Kemestian itu berlaku karena tabiat agama Islam memang memberi peluang berlakunya perbedaan pendapat.
Dalam kitab Al-Arbain, Imam An-Nawawi meriwayatkan hadits dari Daraquthni : “Sesungguhnya Allah swt telah membuat ketentuan-ketentuan, janganlah kamu melanggarnya; telah mewajibkan sejumlah kebaikan, janganlah kamu abaikan; telah mengharamkan banyak perkara, janganlah kamu melanggarnya; telah mendiamkan banyak masalah sebagai rahmat bagimu, bukan karena lupa, janganlah kamu mencarinya.”
Mengambil istilah Al Qaradhawi, wujudnya ‘wilayah kosong syariat’ yang sengaja Allah ta’ala sediakan.
KEDUA : Mengikuti manhaj pertengahan dan meninggalkan sikap berlebih-lebihan dalam beragama.
Meruncingnya masalah ‘ikhtilaf’ berlaku karena satu atau kedua belah pihak mengambil sikap berlebihan dalam beragama. Sikap ‘ghuluw’ (berlebih-lebihan) dalam perlaksanaan agama sering menyebabkan seseorang memandang rendah dan mencerca mereka yang tidak mengikutinya.
Maka, tidak heranlah jika Rasulullah saw mencela sikap ini : “Jauhkan dari kamu sikap berlebih-lebihan dalam agama. Karena orang sebelum kamu hancur hanya sebab berlebih-lebihan dalam agama.” (HR Ahmad, Nasa’ie, Ibnu Majah, Al-Hakim, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas)
KETIGA : Mengutamakan ‘muhkamat’ bukan ‘mutasyabihat’.
Ayat ‘muhkamat’ memberi kepastian, sedangkan ayat ‘mutasyabihat’ tanpa ilmu yang mendalam akan membuatkan seseorang yang mengikutinya mendapati pertentangan ayat yang satu dengan lainnya.
Dari Abdullah bin Amr ra, ia berkata : “Rasulullah saw pernah keluar mendatangi dan mengecam serta mengingkari para sahabat yang sedang berbantah-bantahan tentang masalah taqdir.”
KEEMPAT : Tidak memastikan dan tidak menolak dalam masalah-masalah ‘ijtihadiyah’.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang orang yang mengikuti sebagian ulama’ dalam masalah ‘ijtihadiyah’, apakah ia perlu dihindari atau diingkari?
Beliau menjawab : “Segala puji milik Allah. Orang yang dalam masalah-masalah ‘ijtihadiyah’ mengamalkan sebahagian pendapat ulama’, tidak boleh diingkari dan dihindari. Demikian pula orang yang mengamalkan salah satu dari dua pendapat, tidak boleh dikecam. Jika dalam suatu masalah terdapat dua pendapat, maka bagi orang yang telah nampak mana yang lebih kuat boleh beramal sesuai dengannya. Tapi jika tidak, ia boleh mengikuti sebahagian ulama’ yang dapat dipercayai dalam menjelaskan mana yang lebih kuat (rajih) di antara dua pendapat.”
KELIMA : Menelaah perbedaan pendapat para ulama’
Dengan penelaahan yang jernih dan mendalam, akan nampak dalil-dalil yang menjadi puncak kepada perbedaan pendapat tersebut. Kemudian akan diketahui bahwa lautan syariah itu amat dalam dan luas.
Akhirnya kita akan nampak kebenaran ungkapan berikut : “Siapa yang tidak mengetahui ‘ikhtilaf’ ulama’, maka dia bukan ulama’. Siapa yang tidak mengetahui ‘ikhtilaf’ para fuqaha’, maka hidungnya belum mencium bau fiqh.”
B. MELAKUKAN DIALOG HARAKI (DIALOG ANTARA GERAKAN ISLAM) UNTUK MENDEKATKAN PERSEPSI
Frekuensi dialog dua hala antara harakah Islam perlu ditingkatkan dengan perbuatan
Dialog haraki yang sistematik, walaupun mungkin tidak menghasilkan kesepakatan di akhirnya, namun, secara minimumnya, ia akan memudahkan proses saling memahami dan mengerti antara sesama harakah Islam.
Dalam konteks nyata kita, dialog haraki itu memerlukan dua perkara :
1. Keluasan wawasan.
2. Kematangan jiwa.
dalam menangani perbedaan.
dalam menangani perbedaan.
Dalam beberapa peristiwa, aspek kematangan jiwa lebih diperlukan. Ini adalah karena, ada banyak konflik yang berlaku bukan disebabkan oleh perbedaan sudut pandang, melainkan hanya ketidak-matangan jiwa para peserta dialog.
C. BEKERJASAMA DALAM MASALAH YANG DISEPAKATI
C. BEKERJASAMA DALAM MASALAH YANG DISEPAKATI
Sungguh elok jika para aktivis gerakan Islam mampu duduk dalam satu majlis untuk :
- Merumuskan agenda bersama.
- Menggarap masalah-masalah besar yang dihadapi oleh umat Islam.
- Melupakan sejenak pertentangan-pertentangan kecil di antara mereka.
Sebagai kesimpulan, mari kita renung beberapa usaha yang sepatutnya dilakukan oleh gerakan Islam untuk meningkatkan persaudaraan di kalangan gerakan Islam :
- Marilah kita bekerjasama dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan Al-Qur’an pada jiwa generasi muda dan membuang jauh-jauh perdebatan falsafah serta ilmu Kalam dan pengaruh ajaran-ajaran lain yang menimbulkan kebingungan dan pertentangan.
- Marilah kita bekerjasama dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan Al-Qur’an pada jiwa generasi muda dan membuang jauh-jauh perdebatan falsafah serta ilmu Kalam dan pengaruh ajaran-ajaran lain yang menimbulkan kebingungan dan pertentangan.
- Marilah kita bekerjasama dalam membenteng jiwa generasi muda dari wabah ‘atheisme’ (faham tidak bertuhan) dan segala ‘penghantar’nya berupa keraguan dan syubhat yang menggigit aqidah dan mengotori pemikiran.
- Marilah kita bekerjasama dalam memperkuatkan keimanan umat kepada akhirat dan keyakinan akan balasan. Marilah kita usir segala syubhat yang berusaha untuk mendangkalkan aqidah yang agung ini atau segala bentuk syahwat yang menggoda manusia sehingga melalaikannya dari keyakinan ini.
- Marilah kita bekerjasama dalam meningkatkan pengajaran rukun-rukun amaliah Islam kepada kaum muslimin dan mencari cara yang terbaik untuk mendakwahkannya kepada mereka.
- Marilah kita bekerjasama dalam memperjelaskan, memperkukuhkan dan menyampaikan asas-asas keimanan yang enam dalam akal dan hati kaum muslimin dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan kesederhanaan Islam.
- Marilah kita bekerjasama dalam melebarkan pengaruh ‘makarimul akhlaq’ pada diri generasi muda dan tua.
- Marilah kita bekerjasama dalam mengusir segala kerendahan dan kenistaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan.
- Marilah kita bekerjasama dalam memelihara, mengaplikasikan dan melindungi syariah dari permainan orang-orang yang ingin mengubah perkara-perkara yang ‘qath’ie’ (tegas dan terang) menjadi perkara-perkara yang ‘zhanni’ (samar-samar); perkara-perkara yang ‘muhkamat’ menjadi perkara-perkara yang ‘mutasyabihat’.
- Marilah kita bekerjasama dalam mengajarkan asas-asas Islam dan dasar-dasar aqidah, ibadah, akhlak dan adab yang tidak diperselisihkan oleh para ulama’.
- Marilah kita bekerjasama menyampaikan dakwah Islam kepada semua penduduk bumi dengan bahasa yang mereka fahami, agar mereka dapat mengenali Islam secara benar dan tidak menjadi korban kejahatan musuh-musuh Islam yang merusakkan gambaran agama yang hanif ini.
Selain dari usaha-usaha positif di atas, kita juga perlu merenung persoalan-persoalan berikut bagi memastikan usaha-usaha di atas tidak terhambat dan terbengkalai.
- Mengapa kita tidak bekerjasama bagi menggarap pekerjaan yang sangat besar ini serta mempersiapkan para da’i di samping dana yang mencukupi?
- Mengapa para pemikir dan aktivis dakwah tidak melupakan perselisihan mereka mengenai masalah-masalah juz’iyyah ijtihadiyah, untuk kemudiannya menyatukan barisan mereka dalam menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang bersepakat untuk menghancurkan mereka?
- Mengapa kita perlu berputar pada masalah yang diperselisihkan yang menyebabkan kita lalai mengerjakan masalah lain yang kita sepakati yang jumlahnya jauh lebih banyak?
Ya Allah, jadikanlah hati-hati kami tenang dalam mengikuti apa-apa yang diperintahkan olehMu dan dipraktekkan melalui Sunnah NabiMu. Jauhkanlah kami dari sikap suka menimbulkan perselisihan, pertentangan dan permusuhan sehingga kami gentar dan hilang kekuatan dalam berhadapan dengan musuhMu yang sebenarnya. Jadikanlah kami aktivis-aktivis yang bersaudara dalam sebuah gerakan yang menjunjung nilai-nilai mulia bagi menegakkan kalimahMu yang tinggi di atas muka bumi ini.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
0 comments:
Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan