Home » , » Menelisik Alam kubur

Menelisik Alam kubur

Written By Dedi E Kusmayadi Soerialaga on Rabu, 26 November 2014 | 11/26/2014

7 hal yang dapat menerangi alam kubur
1. Ikhlas dalam beribadah
2. berbakti kepada ibu dan bapak.
3. Mepererat tali silaturahmi
4. Tidak menyia-nyiakan usia dalam kemaksiatan
5. Tidak mengikuti kehendak hawa nafsu
6. Bersungguh-sungguh dalam taat
7. Memperbanyak dzikir kepada Allah

Sudah menjadi sesuatu yang harus diperhatikan bagi ORANG YANG BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI AKHIR, adalah untuk mempersiapkan bekal sehingga bermanfaat baginya ketika ajal menjemputnya… Yang mana setelahnya ia akan menghadapi kehidupan abadi dan meninggalkan kehidupan yang fana.

Dan awal dari kehidupan abadi kita setelah proses SAKRATUL MAUT adalah alam kubur. Yang hendaknya kita benar-benar menyadari bahwa kita PASTI akan menemuinya, dan janganlah kita sampai lalai akan hal ini!

Allah berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.

(at Takatsur 1-2)

Berkata para mufassir: “Maksudnya, sikap bermegah-megahan dengan harta dan anak, berbangga-bangga dengan jumlahnya yang banyak, tenggelam dalam kenikmatannya, serta berusaha memperolehnya sebanyak-banyaknya… TELAH MEMBUAT LALAI dari berbuat taat kepada Allah serta beramal untuk akhirat; hingga kalian dijemput kematian dalam keadaan seperti itu!”


Rasulullah bersabda:

يَقُولُ الْعَبْدُ : مَالِي ، وَإِنَّ مَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ : مَا أَكَلَ فَأَفْنَى ، أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى ، أَوْ أَعْطَى فَأَقْنَى ، مَا سِوَى ذَلِكَ ذَاهِبٌ ، وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

Seorang hamba berkata : “Hartaku! hartaku!”. Padahal ia hanya mendapatkan tiga perkara dari hartanya: (1) apa yang ia makan, kemudian ia habiskan, (2) apa yang ia pakai, lalu ia menjadikannya usang, (3) atau apa yang ia sedekahkan, maka akan mengalirkan pahala. Sedangkan yang lain itu, maka hilang dan ditinggalkan untuk orang lain.

(HR. Muslim)

Dalam sabda beliau yang lain:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Suatu yang mengikuti mayat ada tiga, kembali pulang dua dan ikut bersamanya satu; dihantarkan keluarganya, hartanya dan amalnya, maka kembali pulang keluarganya dan hartanya dan yang tersisa (bersamanya) AMALnya.”

(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat Shahihul Jami’ No.8017)

Abu Abdurahman al-Umari al-Abid berkata,

“Wahai para pemilik istana-istana yang megah! Ingatlah gelapnya hiburan yang menyeramkan, wahai orang-orang yang bergelimang kenikmatan dan kelezatan, ingatlah cacing tanah, darah campur nanah dan hancurnya jasad bersama tanah!!”

(Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, Risalah Ahwalul Qubur, hal. 260)

Suatu ketika `Ali Ibn Abī Thālib melewati daerah pekuburan. Beliau mengucapkan salam lalu berkata, “Wahai para penghuni kubur, istri kalian maka telah dinikahi, rumah kalian telah dihuni dan harta kalian telah dibagi. Inilah kabar dari kami, maka bagaimana kabar kalian?”

[Tasliyah Ahl al-Mashā'ib, hal. 194 dan al-`Āqibah fī Dzikri'l Maut, hal. 196; http://salafiyunpad.wordpress.com/2009/10/31/cukuplah-kematian-sebagai-nasihat/]

Maka demikianlah! maka apakah yang telah kita usahakan sampai detik ini? apakah kita hanya menyibukkan dengan sesuatu yang hendak kita tinggalkan dan melupakan apa yang kita perlukan? maka alangkah sia-sianya hidup ini jika demikian adanya!

Maka hendaknya kita sering-sering mengingat mati, untuk menghidupkan hati yang mati, untuk membangunkan hati yang lalai! sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ – يَعْنِي الْمَوْت

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).”

[Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2307, Ibn Mājah II/1422/4258, dan lain-lain]

Beliau juga ditanya: “Siapakah yang paling cerdas dari kalangan kaum mukminin?”

Beliau menjawab,

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”

[Shahīh at-Targhīb wa't Tarhīb III/164/3335]

Dan diantaranya adalah dengan ziarah kubur, sebagaimana sabda beliau:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوهَا، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ

“Dahulu aku pernah melarang kalian dari ziarah kubur. Namun saat ini lakukanlah ziarah kubur, karena hal itu mengingatkan kalian terhadap akhirat.”

[Ash-Shahīhah II/545/886]

dari Hani` bekas budak ‘Utsman dia berkata;

“Jika ‘Utsman bin ‘Affan berhenti di suatu kuburan, dia menangis sehingga jenggotnya basah.”

Di tanyakan kepadanya;

“Apakah kamu ingat surga dan neraka? janganlah kamu menangis, apakah kamu menangis hanya karena ini?” dalam riwayat lain: “Kamu menyebutkan Syurga dan Neraka sementara kamu tidak menangis tapi justru kamu menangis dengan ini?”

dia menjawab;

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‎إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sesungguhnya kuburan adalah tempat singgah pertama akhirat. Jika selamat darinya, maka setelahnya pun ia akan lebih mudah (urusannya) namun jika ia tidak selamat darinya, maka sesudahnya pun ia akan lebih sulit lagi.”

(HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”; Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‎مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ

“Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan, melainkan kuburan itu lebih buruk dari dari segalanya.”

(Hasan, HR. Ahmad, Ibn Maajah, dll. Shahihul Jami’ No.5623)

Beliau juga bersabda:

إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا

“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi penghuninya.”

(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Imam al-Haitsami dalam Majma’ Zawaidnya (4191) 3/ 145-146 dari Anas bin Malik)

Adzab dan Nikmat kubur adalah haq!

Diantaranya dalilnya adlaah, Allah berfirman:

وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.”

(QS. Ghafir/Al Mu’min: 45-46)

Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini,

“Arwah Fir’aun dan pengikutnya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan petang terus-menerus hingga datang hari kiamat. Ketika kiamat datang barulah arwah dan jasad mereka sama-sama merasakan api neraka”.

Beliau juga berkata,

“Ayat-ayat ini adalah landasan kuat bagi Ahlussunnah tentang adanya adzab kubur”

(Tafsir Al Qur’an Azhim, 7/146).

Hal ini juga senada dengan penjelasan jumhur ahli tafsir seperti Mujahid (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 18/103), Asy Syaukani (Fathul Qadir, 6/328), Al Baidhawi (Anwar At Tanziil, 5/130), Muhammad Amin Asy Syinqithi (Adhwa’ Al Bayan, 7/82), Abdurrahman As Sa’di (Taisiir Kariim Ar Rahman, 738).

[http://muslim.or.id/aqidah/alam-kubur-itu-benar-adanya-1.html]

Rasulullah bersabda:

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني

“Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.”

(HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas bin Malik radhilallahu’anhu)

Maka Abu Abdillaah berkata,

“azab kubur suatu yang hak dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang sesat dan menyesatkan.”

(Lihat Kitab ar-Ruh, Ibnu Qayyim, hal. 76)

Berkata Abul Hasan ‘Aliy bin Isma’il al Asy’ariy:

“Para ahlul bid’ah (yaitu mu’tazilah dan qadariyah), mengingkari syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang memiliki dosa. Mereka menolak riwayat-riwayat dari generasi salaf terdahulu. Mereka juga menolak kebenaran akan adanya adzab kubur dan bahwa orang kafir diadzab di dalam kubur mereka. Padahal para sahabat dan tabi’in radhiallahu’anhum ajma’iin telah bersepakat tentang hal ini.”

(Al Ibanah, 4)

Ada apa di alam kubur?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبْتَلَى فِي قُبُورِهَا فَإِذَا الْإِنْسَانُ دُفِنَ فَتَفَرَّقَ عَنْهُ أَصْحَابُهُ جَاءَهُ مَلَكٌ فِي يَدِهِ مِطْرَاقٌ فَأَقْعَدَهُ قَ

“Hai para manusia, sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya, apabila seseorang telah dikuburkan dan teman-temannya meninggalkannya, maka datanglah malaikat dengan membawa alat pemukul ditangannya”

Sebagian dari para sahabat berkata,

“Wahai Rasulullah, tidaklah seseorang yang malaikat berdiri di hadapannya dengan membawa alat pemukul ditangannya, kecuali ia akan hilang akalnya seketika itu?”

maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

{ يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ }

“Allah menetapkan kepada orang-orang beriman dengan perkataan yang benar.”

(HR. Ahmad; dishahiihkan oleh Syaikh al-Albaaniy dalam silsilah ash-shahiihah; secara ringkas)

Disebutkan dalam hadits lain (abu Dawud, dengan sand yang shahiih), Rasulullah menyebutkan sifat alat pemukul tersebut:

لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا

kalau digunakan untuk memukul gunung maka akan menjadi debu.

فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلا الثَّقَلَيْنِ

maka alat tadi digunakan untuk memukulnya (orang kafir/munafiq/fajir) dengan pukulan yang keras dan apabila dipukulkan akan terdengar suaranya antara timur dan barat kecuali jin dan manusia.

(Shahiih, HR. Abu Dawud, dishahiihkan syaikh al albaaniy dalam shahiih abu dawud)

Rasulullah bersabda tentang kondisi mayit dalam kuburan:

فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ الصَّالِحُ أُجْلِسَ فِي قَبْرِهِ غَيْرَ فَزِعٍ وَلَا مَشْعُوفٍ

jika dia seorang yang sholeh maka ia akan ditempatkan dalam kuburnya tanpa ada rasa takut dan juga stres.

وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السَّوْءُ أُجْلِسَ فِي قَبْرِهِ فَزِعًا مَشْعُوفًا

Sedangkan jika dia adalah seorang yang buruk perbuatannya maka ia akan ditempatkan dalam kuburnya dengan keadaan takut dan stres

(HR. Ahmad, dishahiihkan oleh Syaikh Muqbil dalam ash-shahiihul musnad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ، أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ. يُقَالُ لأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَاْلآخَرُ النَّكِيْرُ

“Apabila seorang hamba telah diletakkan di dalam kuburnya, datanglah kepadanya dua malaikat yang hitam dan biru. Salah satunya disebut Al-Munkar dan yang lain disebut An-Nakir.”

(HR. At-Turmudzi dan dihasankan oleh syaikh Al AlBani dalam tahqiqnya atas ”Syarh Aqidah Thahawiyyah” hal. 399)

Pemandangan dua kaum yang berbeda dalam kuburnya

Keadaan kaum mukminin

Rasulullah bersabda:

فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ

…dan keduanya bertanya ‘Siapa Rabbmu’.

فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ

Ia menjawab ‘Rabbku Allah’.

فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ

Tanya keduanya “Apa agamamu?

فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ

“agamaku Islam.” Jawabnya.

فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ

Keduanya bertanya “Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini?”

فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Si mayit menjawab “dia Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam.”

فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ

Keduanya bertanya “darimana kamu tahu?’

فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ

Ia menjawab “Aku MEMBACA KITABULLAH sehingga aku MENGIMANINYA dan MEMBENARKANNYA.”

فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ

Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil “HambaKu benar, hamparkanlah surga baginya dan berilah pakain surga, dan bukakanlah pintu baginya menuju surga”

فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ

Maka hamba itu memperoleh bau harum dan wangi surga dan kuburannya diperluas sejauh mata memandang.



dalam hadits lain disebutkan:

فَيُفْرَجُ لَهُ فُرْجَةٌ قِبَلَ النَّارِ فَيَنْظُرُ إِلَيْهَا يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا

Maka ia diperlihatkan neraka melalui celah yang sempit dan ia melihat sebagiannya berhimpitan dengan sebagian yang lain

فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَا وَقَاكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يُفْرَجُ لَهُ

lalu dikatakan kepadanya ‘Amatilah sesuatu yang Allah melindungimu daripadanya’

فُرْجَةٌ إِلَى الْجَنَّةِ فَيَنْظُرُ إِلَى زَهْرَتِهَا وَمَا فِيهَا فَيُقَالُ لَهُ هَذَا مَقْعَدُكَ مِنْهَا

Kemudian dibukakan surga baginya hingga ia melihat keelokan surga serta isinya, lalu dikatakan kepadanya ‘Ini adalah tempatmu di syurga’

وَيُقَالُ عَلَى الْيَقِينِ كُنْتَ وَعَلَيْهِ مِتَّ وَعَلَيْهِ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

dan dikatakan ‘Dahulu kamu HIDUP diatas KEYAKINAN ISLAM dan mati di atasnya (KEYAKINAN ISLAM), dan di atasnya pula insya Allah kamu akan dibangkitkan.’

(HR. Ahmad, dishahiihkan oleh Syaikh Muqbil dalam ash-shahiihul musnad)



وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ

Lantas ia didatangi oleh laki-laki berwajah tampan, pakainnya indah, wanginya semerbak, dan ia berucap

أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ

“Bergembiralah dengan kabar yang menggembirakanmu. Inilah hari yang dijanjikan unukmu.”

فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ

Si mayit bertanya ‘siapakah engkau? rupanya wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kebaikan!

فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ

si laki-laki tampan menjawab ‘aku adalah amalan salihmu.’

فَيَقُولُ رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي

Lantas hamba tadi meminta “Ya rabbiku, tolong jadikan kiamat sekarang juga sehingga aku bisa kembali menemui keluargaku dan hartaku.”

Kondisi orang kafir/munafiq/fajir

فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ

Dua malaikat bertanya kepadanya,” “Siapa Rabbmu?

فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي

ia menajwab “aah, aah,, saya tidak tahu…

فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ

Kedua malaikat itu bertanya lagi “Apa agamamu?

فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي

Ia menjawab “aah, aah,, saya tidak tahu…

فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ

kedua malaikat bertanya lagi “bagaimana tanggapanmu mengenai laki-laki ini yang diutus untuk kalian?

فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي

Si mayit menjawab; “aah, aah, saya tidak tahu…

—dalam hadits lain (HR. Ahmad, dengan sanad yang shahiih) disebutkan—

فَيَقُولَ لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا

Ia menjawab; ‘Aku tidak tahu, aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu’

dalam hadits lain (Juga riwayat Ahmad, dengan sanad yang shahiih)

سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ قَوْلًا فَقُلْتُ كَمَا قَالُوا

ia menjawab; ‘Saya hanya mendengar orang-orang berkata begini-begitu dan saya mengikuti perkataan mereka.’

فَيَقُولُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ وَلَا اهْتَدَيْتَ

malaikat berkata; ‘Engkau TIDAK TAHU, TIDAK MAU MENGIKUTI, maka engkau TIDAK MENDAPATKAN HIDAYAH, ‘

(HR. Ahmad; dishahiihkan oleh Syaikh al-Albaaniy dalam silsilah ash-shahiihah)

Dalam riwayat lain,

‎فَيُقَالُ لَهُ : عَلَى ذَلِكَ حَيِيتَ ، وَعَلَى ذَلِكَ مُتَّ ، وَعَلَى ذَلِكَ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Dikatakan kepadanya: diatasnya engkau hidup, dan diatasnya engkau mati, dan diatasnya pula engkau akan dibangkitkan insyaa Allah

(Hadits riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya, Shahih Abu Hatim, Ibnu Jarir, hadits inipun diriwayatkan oleh Ibnu Hibban; diHASANkan oleh al-Haytsamiy, diSHAHIIHkan ibnu jarir ath-thabariy, diHASANkan syaikh al-albaaniy dalam targhiib wat tarhiib)



فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ

Lantas ada Penyeru langit memanggil-manggil

أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ

“ia betul-betul telah dusta! Bentangkanlah tilam dari Naar dan bukakanlah pintu menuju kepadanya!

فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا

.Datanglah tilam itu dengan bau yang busuk dan panasnya yang dahsyat,

وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ

lalu kuburnya menyempit hingga tulang-tulang rusuknya remuk.

—dalam riwayat lain disebutkan—

فَتُفْرَجُ لَهُ فُرْجَةٌ قِبَلَ الْجَنَّةِ فَيَنْظُرُ إِلَى زَهْرَتِهَا وَمَا فِيهَا فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَا صَرَفَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْكَ

lalu dibukakan syurga baginya, ia melihat keelokan syurga dan segala isinya, maka dikatakan kepadanya; ‘Lihatlah sesuatu yang dipalingkan (dijauhkan) oleh Allah AzzaWaJalla darimu’


Dalam riwayat lain disebutkan:

‎فَيُقَالُ لَهُ : ذَلِكَ مَقْعَدُكَ مِنْهَا ، وَمَا أَعَدَّ اللَّهُ لَكَ فِيهَا لَوْ أَطَعْتَهُ ، فَيَزْدَادُ حَسْرَةً وَثُبُورًا ،

Dikatakan kepadanya; “itulah tempatmu didalamnya dan apa-apa yang Allah siapkan untukmu didalamnya, jika seandainya engkau menaatiNya” maka bertambahlah kesedihan dan kebinasaannya

(Hadits riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya, Shahih Abu Hatim, Ibnu Jarir, hadits inipun diriwayatkan oleh Ibnu Hibban; diHASANkan oleh al-Haytsamiy, diSHAHIIHkan ibnu jarir ath-thabariy, diHASANkan syaikh al-albaaniy dalam targhiib wat tarhiib)


ثُمَّ يُفْرَجُ لَهُ فُرْجَةٌ قِبَلَ النَّارِ فَيَنْظُرُ إِلَيْهَا يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا

kemudian dibukakan neraka untuknya maka ia melihat sebagian darinya berhimpitan dengan sebagian yang lain

وَيُقَالُ لَهُ هَذَا مَقْعَدُكَ مِنْهَا كُنْتَ عَلَى الشَّكِّ وَعَلَيْهِ مِتَّ وَعَلَيْهِ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يُعَذَّبُ

dan dikatakan kepadanya; ‘Ini adalah tempatmu di neraka’, kamu berada di atas KERAGUAN, maka kamu mati di atasnya dan di atasnya pula insya Allah kamu akan dibangkitkan kemudian disiksa.’



وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ

Datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk rupa dengan pakaian jelek dan berbau busuk.

فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ

Lelaki itu berkata, ”Terimalah kabar yang jelek bagimu pada hari ini, hari yang telah dijanjikan kepadamu.”

فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ . فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ

Orang bertanya,” Siapakah engkau?” Wajahmu bagaikan wajah yang membawa kejelekan?”

فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ

Ia menjawab, “Aku adalah perbuatan jahatmu.”

فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ

Orang itu berkata,” Ya Rabbi! Janganlah Engkau tegakkan hari kiamat.”

[Diriwayatkan oleh Ahmad ( Al-Musnad IV: 287), Abu Dawud As-Sunan II: 540 serta Al-Hakim]

al-Hakim berkata, Hadits ini shahih, memenuhi persyaratan Al-Bukhari dan Muslim

Menurut Imam al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid; para perawi hadis ini adalah shahiih (Majma’ az-Zawaid, 3/49). M

Menurut Syeikh al-Albani; hadis ini shahiih

(Misykat al-Masabih, hadis no. 1630)

Mengapa kita merasa aman?

Rasulullah bersabda:

ِإنَّ لِلْقَبْرِ ضُغْطَةٌ لَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا نَجَا سَعْدُ بْنِ مُعَاذٍ

Sesungguhnya dalam kubur itu ada himpitan, seandainya seseorang bisa selamat dari himpitan kubur, maka Sa’ad bin Muadz pasti selamat darinya. Namun dia diimpit dengan sekali impitan kemudian dilonggarkan darinya.’

[Shahih diriwayatkan Imam at-Thabrani dalam al-Kabir (10827), Imam al-Haitsami dalam Majma Zawaidnya (4257) dan Silsilah Ahadits Shahihah (1695)]

Inilah dia, SHAHABAT NABI, Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, pemimpin kaum Anshar yang syahid di ujung panah pada perang Khandaq. Yang kematiannya menggetarkan ‘Arsy Allah Ta’ala. Meski demikian, Sa’ad yang demikian hebat, beliau masih disindir Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam haditsnya di atas. Lalu bagaimana halnya dengan orang-orang selain Sa’ad?! Kita memohon keselamatan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Berkata Imam adz Dzahabiy:

Himpitan kubur ini bukan termasuk azab kubur; akan tetapi sebuah rasa sakit yang dirasakan oleh seorang Mu’min yang sama seperti ketersiksaan yang dirasakan oleh seorang mu’min pada saat dirinya kehilangan anak dan kekasihnya di dunia,

Seperti ketersikasaan yang dirasakan pada saat sakit dan keluarnya nafas, rasa sakit saat menghadapi pertanyaan alam kubur dan ujian kubur, serta pedihnya siksa karena tangisan keluarga atas dirinya, dan kepedihan karena bangkit dari kubur, juga kepedihan saat dikumpulkan di pada mahsyar dan kepedihan suasana genting yang terjadi padanya serta kepedihan melewati api neraka dan yang lainnya.

Maka getaran yang dirasakan oleh seorang hamba tidak termasuk adzab kubur dan tidak pula azab Jahannam, namun Allah subhanahu wa ta’ala meringankan hamba yang beriman pada sebagian peristiwa tersebut atau pada semua peristiwa tersebut, dan TIDAK ADA RASA AMAN bagi seorang hamba kecuali pada saat dia bertemu dengan Rabbnya.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan

(QS. Maryam: 39)

Kami mohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, semoga dia memberikan maaf dan kasih saying- Nya.

Sekalipun setiap orang merasakan himpitan, namun kita ketahui bahwa Sa’d termasuk penghuni surga dan dia berada pada posisi syuhada yang paling tinggi, seakan engkau mengira bahwa orang yang menang tidak merasakan suasana yang dahsyat di dua alam ini, tidak pula rasa takut dan pedih serta khawatir, mohonlah kepada Rabbmu agar Dia mengumpulkanmu pada kelompok Sa’d”

(Siyar Alamun Nubala’: 1/290-291; melalui perantaraan Artikel “Perjalanan Hidup SA’D BIN MU’ADZ radhiyallahu ‘anhu” karya Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawy hafizhahullahu ta’ala)

Penyebab seseorang diadzab dalam kuburnya

- Mati dalam keadaan musyrik/kafir/munafiq

(sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits diatas). Dan juga hadits:

يُرْسَلُ عَلَي الكَافِرِ حَيَّتَانِ وَاحِدَةٌ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ وَأُخْرَي مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْهِ تَقْرِضَانِهِ قَرْضًا كُلَّمَا فَرَغَتَا عَادَتَا إِلَي يَوْمِ القِيَامَةِ

“Dikirim kepada orang kafir dua ekor ular, seekor ular dari arah kepalanya dan yang lainnya dari arah kakinya yang membelitnya dengan kuat, ketika tuntas maka kembali membelitnya hingga Hari Kiamat.”

[Hasan diriwayatkan Imam al-Haitsami dan beliau berkata: Diriwayatkan Ahmad dan sanad hadits ini hasan. No: 3/180 (4284)]

- Tidak menjaga kencing dan tidak menjaga lisan

“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda,

يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِي

‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’

lalu Nabi bersabda:

بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ

‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena selalu melakukan namiimah (adu domba)”

(HR. Bukhari 6055, Muslim 703)

Rasulullah bersabda:

أَكْثَرُ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْ اَلْبَوْلِ

“Kebanyakan azab kubur dari kencing.”

[Shahih, HR. Ahmad dan Ibnu Majah serta dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil (280)]

Imam Qatadah berkata,

“Sesungguhnya (mayoritas; siksa kubur berasal dari tiga perkara: ghibah, namimah dan kencing.”

(Lihat Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal.162)

Mengapa mayoritas siksa kubur disebabkan percikan kencing, namimah atau ghibah?

Para ulama menjelaskan, hal tersebut disebabkan Karena kuburan adalah rintangan pertama kali akhirat dan di dalamnya terdapat berbagai macam kejadian sebagai rentetan peristiwa yang akan terjadi setelah Hari Kiamat, baik berupa siksa atau pahala.

Sedangkan maksiat yang dilakukan seorang hamba ada dua macam, yakni maksiat yang terkait dengan hak Allah dan maksiat yang terkait dengan hak hamba.

Sementara hak Allah yang pertama kali dihisab adalah shalat dan hak hamba yang pertama dihisab adalah darah.

Adapun di alam Barzakh diputuskan pembuka dan pemicu utamanya, sementara pembuka shalat adalah bersuci dari hadats dan najis sedangkan pembuka pertumpahan darah adalah namimah dan ghibah.

Dan keduanya (tidak menjaga kencing dan tidak menjaga lisan) merupakan dosa yang paling mudah terjadi, sehingga awal perhitungan dan siksaan di alam Barzakh dimulai dengan kencing dan namimah atau ghibah.

(Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul Qubur, hal.142-143)

- Orang yang mempelajari dan menghafalkan al qur-aan, namun tidak mengamalkannya

‎فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِهِ بِفِهْرٍ أَوْ صَخْرَةٍ فَيَشْدَخُ بِهِ رَأْسَهُ فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهْدَهَ الْحَجَرُ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ فَلَا يَرْجِعُ إِلَى هَذَا حَتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وَعَادَ رَأْسُهُ كَمَا هُوَ فَعَادَ إِلَيْهِ فَضَرَبَهُ

Maka kami pergi hingga bertemu dengan orang yang sedang tidur terlentang dan seorang lagi berdiri di atas kepalanya dengan memegang alat pemukul atau batu besar lalu dihantamkan ke arah kepalanya. Ketika dihantam dengan batu maka batu tersebut terpental. Maka orang itu pergi untuk mengambilnya dan tidaklah orang itu kembali melain­kan kepala tersebut rekat dan kembali seperti semula. Orang itu kembali kepadanya dan memukulnya.

(dalam akhir hadits dijelaskan)

‎وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Adapun orang yang dihantam kepalanya dengan batu adalah orang yang diajarkan Allah tentang Al-Qur’an lalu tidur di malam hari dan tidak mengamalkan (Al-Qur’an) di siang hari maka dia disiksa hingga Kiamat.

(HR. Bukhariy)

CATATAN: mungkin ada yang akan berkata: “daripada aku mempelajari dan menghafal al qur-aan, terus kemudian diadzab, mending aku tidak mempelajarinya”

MAKA DIJAWAB: cobalah engkau berpikir, orang YANG MEMPELAJARI dan MENGHAFALKAN al qur-aan tapi tidak mengamalkan apa yang ia pelajari dan hafal DIADZAB dengan pedih, MAKA BAGAIMANA LAGI dengan orang yang SENGAJA untuk TIDAK MAU TAHU, atau bahkan MENINGGALKAN AGAMAnya?! maka jelas ini bisa menjatuhkan seseorang kepada KEKUFURAN (kufur i’rad/kufur karena berpaling dari agama)! [baca: http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/11/25/pembatal-keislaman-10-berpaling-dari-agama-allah/]

- Orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran, namun menyelisihi perkatannya

رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رِجَالًا تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ فَقُلْتُ يَا جِبْرِيلُ مَنْ هَؤُلَاءِ

Pada Malam Isra’ku aku bertemu dengan beberapa orang laki-laki yang lidahnya dipotong dengan gunting api. Aku bertanya, “Siapakah mereka, Wahai Jibril?”

قَالَ هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

Jibril Menjawab, “Mereka adalah para khatib, diantara umatmu yang menyeru kepada kebaikan dan mereka melupakan kebaikan itu untuk diri mereka sendiri. Padahal mereka orang-orang yang membaca al-kitab (al-qur’an), apakah mereka itu tidak berakal?!

(HR. Imam ahmad, dan Al-Baghawi, Al-Baghawi mengatakan bahwa hadits ini hasan)

- Para koruptor, dan pemakan harta yang haram lainnya; dan mati dalam keadaan tidak bertaubat

Rasulullah bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَهَا يَوْمَ خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ نَارًا

“Dan demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sunggnya sehelai kain kecil dari harta ghanimah yang dia curi pada perang Khaibar yang diluar pembagian ghanimah akan menjadi bara api (di alam kuburnya).”

(HR. Bukhari dan Muslim)

- Para pendusta, yang tersebar kedustaannya.

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‎لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي فَأَخْرَجَانِي إِلَى الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ وَرَجُلٌ قَائِمٌ بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ قَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا عَنْ مُوسَى إِنَّهُ يُدْخِلُ ذَلِكَ الْكَلُّوبَ فِي شِدْقِهِ حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الْآخَرِ مِثْلَ ذَلِكَ وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ

“Akan tetapi aku bermimpi didatangi oleh dua orang lelaki lalu keduanya memegang tanganku dan keduanya membawaku ke bumi yang disucikan, tiba-tiba aku dapati seorang yang sedang duduk dan seorang lagi sedang berdiri sementara di tangannya memegang tombak dari besi. Tombak besi itu ditusukkan pada pojok mulut hingga tembus ke tengkuk. Kemudian ditusukkan pada pojok mulut sebelahnya seperti itu. Setelah pojok mulut pulih kembali maka disiksa lagi seperti itu.

قُلْتُ مَا هَذَا قَالَا انْطَلِقْ

“Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Kedua orang itu berkata, ‘Pergilah.’

(diakhir hadits dijelaskan)

‎قَالَا نَعَمْ أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Keduanya berkata, ‘Ya Adapun orang yang ditusuk pojok mulutnya adalah pendusta yang berbicara kedustaan. Lalu diambil suatu kabar darinya hingga tersebar ke seluruh penjuru dunia dan dia disiksa sebagaimana yang kamu lihat hingga Hari Kiamat.

(HR. Bukhariy)

- Berzina dan mati dalam keadaan tidak bertaubat

‎فَانْطَلَقْنَا إِلَى ثَقْبٍ مِثْلِ التَّنُّورِ أَعْلَاهُ ضَيِّقٌ وَأَسْفَلُهُ وَاسِعٌ يَتَوَقَّدُ تَحْتَهُ نَارًا فَإِذَا اقْتَرَبَ ارْتَفَعُوا حَتَّى كَادَ أَنْ يَخْرُجُوا فَإِذَا خَمَدَتْ رَجَعُوا فِيهَا وَفِيهَا رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ

Maka kami pergi hingga sampai di suatu tempat yang berlubang besar seperti dapur roti bagian atas sempit sedangkan bagian bawah lebar. Dari arah bawah ada api yang menyala. Ketika api mendekat, maka mereka terangkat hingga mereka hampir keluar dan ketika api padam mereka kembali ke tempat semula. Dan di dalamnya terdapat kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam kondisi telanjang.

(dalam akhir hadits disebutkan)

‎وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمْ الزُّنَاةُ

Mereka yang kamu lihat berada di lubang besar maka mereka adalah para pezina.

- Memakan riba dan mati dalam keadaan tidak bertaubat

‎فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى وَسَطِ النَّهَرِ قَالَ يَزِيدُ وَوَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ عَنْ جَرِيرِ بْنِ حَازِمٍ وَعَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ

Maka kami pergi hingga kami mendatangi sebuah sungai darah, sementara ditengah sungai ada seorang lelaki yang berdiri. Dan di tepi sungai ada seorang lelaki yang di hadapanya ada batu­-batu. Ketika orang yang di tengah sungai berenang ketepi dan hendak keluar darinya maka orang tersebut melemparkan batu tepat pada mulutnya. Orang tersebut kembali ke tempat semula. Dan setiap orang tersebut ingin ke tepi dan hendak keluar maka dilempar dengan batu hingga kembali ke tempat semula.

(dalam akhir hadits disebutkan)

‎وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُوا الرِّبَا

Dan orang yang kamu lihat berada di tengah sungai adalah pemakan riba

(HR. Bukhariy)

Dan masih banyak lagi… Kita berlindung kepada Allah dari segala kesesatan dan kemaksiatan yang dapat menjadikan kita termasuk golongan yang diadzab dalam kubur. Semoga Allah menganungerahkan kita menjadi hamba yang senantiasa bertaubat dan mensucikan diri. aamiin.

Penghalang dari adzab kubur

- Menjaga keimanan (dengan senantiasa MENTAUHIDKAN ALLAH) hingga akhir hayat, menjalankan seluruh kewajiban, meninggalkan seluruh larangan, senantiasa mengamalkan sunnah dan meninggalkan yang makruh.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‎إِنَّ الْمَيِّتَ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ حِينَ يُوَلُّونَ عَنْهُ مُدْبِرِينَ

“Sesungguhnya mayat masih dapat mendengar suara sandalmu tatkala kamu meninggalkannya.

‎فَإِذَا كَانَ مُؤْمِنًا كَانَتِ الصَّلاةُ عِنْدَ رَأْسِهِ ، وَالزَّكَاةُ عَنْ يَمِينِهِ ، وَكَانَ الصِّيَامُ عَنْ يَسَارِهِ ، وَكَانَ فِعْلُ الْخَيْرَاتِ وَالصَّدَقَةُ وَالصِّلَةُ وَالْمَعْرُوفُ وَالإِحْسَانُ إِلَى النَّاسِ عِنْدَ رِجْلَيْهِ

Jika dia orang yang BERIMAN, maka SHALAT berada didekat kepalanya, ZAKAT disebelah kanannya, SHAUM disebelah kirinya, dan aneka amal kebaikan seperti SEDEKAH, SILATURRAHMI, KEMA’RUFAN dan IHSAN KEPADA MANUSIA (yaitu akhlaq yang mulia) didekat kedua kakinya.

‎فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدَ رَأْسِهِ ، فَتَقُولُ الصَّلاةُ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

Kemudian didatangkan malaikat dari arah kepalanya, maka shalat berkata ’Tidak ada jalan dari arahku’

‎فَيُؤْتَى مِنْ عَنْدَ يَمِينِهِ ، فَتَقُولُ الزَّكَاةُ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

kemudian didatangkan malaikat dari arah kanannya maka zakat berkata ’tidak ada jalan dari arahku’

‎فَيُؤْتَى عَنْ يَسَارِهِ ، فَيَقُولُ الصِّيَامُ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

kemudian didatangkan malaikat dari arah kirinya maka puasa berkata ’tidak ada jalan dari arahku’

‎فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ ، فَيَقُولُ : فِعْلُ الْخَيْرَاتِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالصِّلَةِ وَالْمَعْرُوفِ وَالإِحْسَانِ إِلَى النَّاسِ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

kemudian didatangkan malaikat dari arah kakinya, maka aneka amal kebaikan, sedekah (sunnah), shalat (sunnah), dan segala perbuatan ma’ruf, dan perbuatan baiknya kepada manusia berkata: ’tidak ada jalan dari arahku’.

(sampai kepada hadits, yaitu ketika mayyat ditanya tentang Rasulullah)

‎فَيَقُولُ : أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَأَنَّهُ جَاءَ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَصَدَّقْنَاهُ

Mayyit berkata: Aku bersaksi bahwa dia merupakan rasul Allah. Sesungguhnya dia datang kepada kami dengan membawa aneka penjelasan dari sisi Allah dan kami membenarkannya.’

‎فَيُقَالُ لَهُ : عَلَى ذَلِكَ حَيِيتَ ، وَعَلَى ذَلِكَ مُتَّ ، وَعَلَى ذَلِكَ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Maka dikatakan kepada mayat ’Diatas itulah kamu hidup, mati, dan dibangkitkan.Insya Allah.’

‎ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا وَيُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ

Kemudian dilapangkan kuburannya seluas 70 hasta dan diterangi.

‎ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى الْجَنَّةِ ، فَيُقَالُ لَهُ : انْظُرْ إِلَى مَا أَعَدَّ اللَّهُ لَكَ فِيهَا

Dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan ”Lihatlah apa yang dijanjikan oleh Allah untukmu disurga”

‎فَيَزْدَادُ غِبْطَةً وَسُرُورًا

Maka semakin bertambahlah keinginan dan kegembiraannya..

‎ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى النَّارِ

Kemudian dibukakan baginya pintu neraka

‎فَيُقَالُ لَهُ : انْظُرْ مَا صَرَفَ اللَّهُ عَنْكَ لَوْ عَصَيْتَهُ

Dikatakan kepadanya: Lihatlah apa yang ditukarkan Allah darimu, jika engkau durhaka

‎فَيَزْدَادُ غِبْطَةً وَسُرُورًا

Maka semakin bertambahlah keinginan dan kegembiraannya..

(Hadits riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya, Shahih Abu Hatim, Ibnu Jarir, hadits inipun diriwayatkan oleh Ibnu Hibban; diHASANkan oleh al-Haytsamiy, diSHAHIIHkan ibnu jarir ath-thabariy, diHASANkan syaikh al-albaaniy dalam targhiib wat tarhiib)

- Berperang dijalan Allah dan mati syahid

Dari Rasyid bin Sa’ad, dari beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, disebutkan bahwa seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam,

“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, mengapa orang-orang beriman akan diuji dalam kubur, kecuali para syuhada`?”.

Beliau menjawab,

كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً

“Kilatan pedang yang berkelebat di atas kepala mereka (para syuhada`) sudah cukup menjadi ujian bagi mereka.”

(Shahiih HR. an Nasaa-iy; dishahiihkan syaikh al albaaniy dalam shahiih an nasaa-iy)

- Ribath (menjaga diperbatasan)

Rasulullah bersabda:

رِباَطُ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَ قِيَامِهِ وَ إِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَ أَجْرَي عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَ أَمِنَ الْفِتَانِ

“Ribath sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam sebulan. Kalau seseorang mati (dalam kondisi ini), amalannya akan mengalir dan dicurahkan rizqi atasnya serta dijamin bebas dari ujian kubur.”

(shahiih, lihat shahiihul jaami’ no. 3483)

- Meninggal di malam jum’at atau di hari jum’at dalam keadaan muslim

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ تَعَالَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidaklah seorang Muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malam jum’at, kecuali Allah pasti akan menjaganya dari fitnah kubur.”

(Hasan, lihat shahiihul jaami’ no. 5773)

- Meninggal karena sakit perut dalam keadaan muslim

Abu Ishaq Asy Syu’aibi berkata, “Sulaiman bin Shord berkata kepada Khalid bin Urfathah –atau sebaliknya, Khalid berkata kepada Sulaiman, “Apakah kamu mendengar rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَهُ بَطْنُهُ لَمْ يُعَذَّبْ فِي قَبْرِهِ

“Barangsiapa meninggal karena sakit perut, tidak akan diadzab dalam kuburnya”.

Salah seorang dari mereka menjawab, “Ya”.

(shahih; HR tirmidziy)

- Rajin membaca Surat Al Mulk (surat Tabaraka).

Rasulullah bersabda,

سُوْرَةُ تَبَارَكَ هِيَ الْمَانِعَةُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ

“Surat Tabarak akan mencegah adzab kubur.”

(Hasan, dihasankan syaikh albaaniy dalam shahiihul jaami’ no. 3643)

- Berdoa setiap selesai membaca tasyahud sebelum salam

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ ، فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ ، مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنَ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Apabila salah seorang diantara kamu telah menyelesaikan (bacaan) tasyahud akhir, maka mohonlah kepada Allah agar dilindungi dari empat perkara, (yaitu) : siksa neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah/cobaan hidup dan mati, dan kejahatan Al-Masih Ad-Dajjal”

[HR. Muslim no. 588]

Lafazhnya adalah:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَأَعُوذُبِكَ مِن عَذَابِ الْقَبرِْ وَأَعُوذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّالِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْياَ وَالْمَمَاتِ

Alloohumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam wa a’uudzubika min ‘adzaabil qobri wa a’uudzubika min fitnatil masiihid dajjaali wa a’uudzubika min fitnatil mahyaa wal mamaati

“Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari adzab jahan-nam, adzab kubur dan fitnah Al Masih Dajjal serta fitnah dalam kehidupan dan kematian.”

[idem].

Maka semoga kita dapat mengamalkan hal-hal yang dapat menghindarkan kita dari adzab kubur, dan menjauhi hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kepada adzab kubur. Semoga Allah memberikan kita kemudahan untuk mengamalkan amalan shalih dan meninggalkan amalan yang rusak; serta memberikan kekuatan agar kita tetap berada diatas agamaNya hingga ajal menjemput kita. aamiin

0 comments:

Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan

UP DATE VIDEO PKS

TOTAL LAYANGAN BULAN INI

TRENDING

 
Copyright © PKS DPC Sumedang Utara - All Rights Reserved
    Facebook Twitter YouTube