Home » » Meneliti Jalan Salafiah

Meneliti Jalan Salafiah

Written By Dedi E Kusmayadi Soerialaga on Rabu, 18 Juni 2014 | 6/18/2014

Gerakan Al Ikhwan Al Muslimun sebenarnya termasuk gerakan yang bercorak salafiyah karena salafiyah adalah sebuah pemahaman yang memberi komitmen untuk mengikuti tiga sumber asas Islam yaitu :

a. Al Quran.

b. As Sunnah.

c. Ijma’ salaf dan imam-imam mereka.

Orang-orang yang memberi komitmen untuk mengikuti tiga sumber asas tersebut maka dia termasuk pemeluk Islam yang murni dan dikategorikan sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata di dalam ‘Majmu’ Al Fatawa’ : “Maka agama kaum Muslimin dibangun di atas ittiba’ (ikutan) kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan apa-apa yang menjadi kesepakatan umat. Tiga perkara itu merupakan asas-asas (agama) yang maksum.”


Pengertian Salafiyah

Salafi (Salaf, Salafiyah, Salafiyun) adalah sebutan bagi generasi pertama kaum Muslimin, iaitu para sahabat Nabi Muhammad saw. Di dalam Al-Qur’an, generasi awal umat Islam ini disebut sebagai "Assabiqunal Awwalun", yaitu orang-orang yang paling awal berlumba-lumba dalam beriman (masuk Islam).

“Orang–orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar mengikuti mereka dengan baik. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah.” (QS At Taubah : 100)

Pengertian Salaf yang sebenarnya adalah orang-orang terdahulu, yakni generasi awal kaum Muslimin pada masa sahabat dan dua generasi sesudahnya yang mengikuti cara hidup Islam yang sejati (tabi'in dan tabi'ut ta'bi'in).

Salaf menurut para ulama’ adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in). Tiga generasi awal inilah yang disebut dengan ‘salafush soleh’ (orang-orang terdahulu yang soleh).

Merekalah tiga generasi utama dan terbaik dari umat ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.” (HR Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, Bukhari dan Tirmizi)

Perkataan Salafi berasal dari bahasa Arab, ‘Salafa Yaslufu Salfan’ yang ertinya "telah berlalu". Dari pengertian tersebut, kita dapati kalimat ‘Al-Qoum As-Sallaaf’ iaitu orang-orang yang terdahulu.


Salafi Generasi Penerus Islam

Dengan yang demikian, Salafi adalah tiga generasi terbaik umat Islam dan memberikan contoh bagaimana seharusnya Islam dilaksanakan dalam kehidupan.

Para sahabat digelar “khairu ummah”, (sebaik-baik manusia) kerana merekalah yang paling faham tentang agama dan yang paling baik amalannya.

Salaf atau kelompok Salafi adalah mereka yang berkomitmen di atas Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.

Istilah Salafi juga biasa dihubungkan kepada ‘Ahlus Sunnah wal Jamaah’ disebabkan mereka berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Oleh yang demikian, kelompok Salafi, pasca generasi awal kaum Muslimin tersebut tidaklah seharusnya dibatasi atau ditujukan kepada jamaah atau organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, parti tertentu dan sebagainya.

Bahkan, sepatutnya umat Islam yang digelar kelompok Salafi perlu mempraktikkan ajaran Islam yang santun, lembut, memberi ketenangan serta menebar kedamaian ke seluruh alam kerana mereka pada hakikatnya adalah contoh tauladan bagi umat Islam sepanjang zaman.

Imam Hasan Al-Banna pada banyak kesempatan dalam risalah-risalahnya menjelaskan corak salafiyah Al Ikhwan Al Muslimun di mana :

1. Sumber agama (mashdhar at talaqqi).

2. Tempat pengambilan aqidah (istimdad al ‘aqidah).

3. Rujukan penetapan hukum (marji’ al ahkam).

4. Karakteristik prinsip-prinsip dakwah (ashl ad da’wah).

mestilah berpandukan kepada Al-Qur`an, As-Sunnah dan sirah ‘salafus soleh’.

Dalam risalah ‘Da’watuna’, (dakwah kami) beliau berkata : “Dakwah kami adalah dakwah “Islamiyah” dengan segala makna yang terkandung dalam kalimah tersebut. Maka, fahamilah ia sesukamu sesudah itu. Sedangkan kamu dalam kefahamanmu terikat dengan kitabullah, sunnah rasul-Nya dan sirah generasi salaf yang soleh dari kaum Muslimin".

Adapun kitabullah adalah asas dan tiang agama Islam sedangkan sunnah merupakan penjelas dan pensyarah Al-Qur`an sementara sirah generasi salaf yang soleh disebabkan mereka ‘ridhwaanullah ‘alaihim’ merupakan pelaksana-pelaksana perintahnya dan orang-orang yang mengambil ajaran-ajarannya; mereka merupakan contoh secara amali (matsal ‘amaliyah) dan gambaran praktikal (shurah matsilah) dari perintah-perintah dan ajaran-ajaran (Islam).”

Dalam risalah ‘Ilaa Asy-Syabaab’ (kepada pemuda), ketika menjelaskan sumber-sumber pengambilan dakwah, Imam Hasan Al-Banna berkata : “Dan, sandaran kami dalam semua itu adalah kitabullah yang tidak ada padanya kebatilan baik di depan mahupun di belakang, sunnah shahihah dan ‘thabitah’ (yang diperakukan) yang berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam serta sirah yang suci dari generasi salaf umat ini.”
Oleh kerana itu, seorang pimpinan dan aktivis dakwah Al Ikhwan Al Muslimun sangat mengagungkan nash-nash agama dan syariah serta memuliakan dan menghormati generasi salaf dan imam-imam mereka termasuk semangat dalam mengikuti dan melaksanakan petunjuk-petunjuk dan ajaran-ajaran Islam samada dalam aqidah, syariah, muamalah dan dakwah.

Justeru perkara tersebut dijadikan kayu pengukur kepada tahap istiqamah dan kebengkokan, kebaikan dan kerosakan, serta kepimpinan dan kesesatan.

Dalam ‘Risalah At-Ta’alim’ , beliau berkata : “Al Qur`an dan As Sunnah yang suci adalah rujukan setiap Muslim dalam mengenali hukum-hukum Islam. Al-Qur`an mestilah difahami sesuai dengan kaedah-kaedah bahasa Arab tanpa dipaksa-paksakan (takalluf) dan dipermudahkan (ta’assuf). Manakala, dalam memahami sunnah yang suci juga perlu merujuk kepada ulama’-ulama’ hadith yang boleh dipercayai (atsbaat).”

Maka, adalah sesuatu yang sangat asing dalam tradisi (‘urf ) Al Ikhwan Al Muslimun jika ditemui orang-orang yang mengaku anggotanya ternyata malas dalam ‘thalabul ‘ilmi’ (belajar ilmu) dan ‘tafaqquh fiddiin’ (mendalami agama) serta menelaah kitab-kitab para ulama’.

Bagaimana mungkin untuk memahami Al-Qur`an dengan benar dan tepat jika tidak faham bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur`an?

Selama berpuluh-puluh tahun, adalah mustahil jika ramai murabbi-murabbi mereka yang mendidik generasi tanpa faham bahasa Arab, lalu apakah yang mereka ajarkan dari Al-Qur`an kepada generasi Muslim?

Adalah sesuatu yang lumrah jika hasilnya sekarang wujud generasi yang salah tanggapan dalam memahami Al Ikhwan Al Muslimun.

Disangkanya bahwa dakwah Al Ikhwan Al Muslimun adalah dakwah yang hanya bertumpu kepada demokrasi; berorientasikan kearah dan jabatan dan membolehkan ‘inhiraf’ (penyelewengan) dan kemungkaran sebagai alat meraih kemenangan.

Bagaimana mungkin memahami sunnah jika mereka tidak faham tentang ilmu-ilmu yang menjadi syarat untuk memahaminya seperti ilmu hadits dan ushul fiqh?

Adalah sesuatu yang pelik jika ada pendokongnya yang dalam memahami sunnah merujuk kepada pendapat-pendapat ahlul kalam seperti Mu’tazilah dan sejenisnya.

Padahal Imam Hasan Al-Banna telah menegaskan agar kembali kepada ulama’-ulama’ dan imam-imam hadith yang :

a. Lurus aqidahnya.

b. Mulia sejarah hidupnya.

c. Keimamamnya diakui oleh para ahli hadith.

Hakikatnya, dari ucapan-ucapan Imam Hasan Al-Banna, ia cukup terang dalam menegaskan salafiyahnya Al Ikhwan Al Muslimun serta secara berterus terang untuk mewujudkan ajaran-ajaran Islam, petunjuk-petunjuk dan hukum-hukumnya dalam kehidupan, sekalipun difahami secara salah tanggapan oleh beberapa kalangan.

Dalam risalah ‘Ilaa Ayi Syai-`in Nad’u An-Nas’ (Ke arah mana kami menyeru manusia), Imam Hasan Al-Banna berkata : "Dan, kaum yang lain berkata, Sesungguhnya Al Ikhwan Al Muslimun adalah golongan politik dan dakwah mereka adalah dakwah politik serta mereka mempunyai agenda-agenda terselubung.”

Kami tidak tahu sampai bila umat ini saling menuduh, saling melempar prasangka dan memberi gelaran-gelaran serta meninggalkan perkara yang sudah pasti yang didukung oleh realitas dalam rangka mewujudkan prasangka yang banyak diliputi keraguan-keraguan?

Wahai kaum kami, sesungguhnya kami menyeru kamu sementara Al Quran ada di tangan kanan kami, sunnah ada di tangan kiri kami dan amal generasi salaf yang soleh dari putera-putera umat ini menjadi teladan kami.

Dan, kami mengajak kamu kepada Islam, ajaran-ajaran Islam, hukum-hukum Islam dan petunjuk Islam. Jika semua itu termasuk politik dalam pandanganmu, maka inilah politik kami. Dan, apabila orang-orang yang mengajak kepada prinsip-prinsip tersebut dianggap seorang ahli politik, maka kami, alhamdulillah, adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam politik. Dan, jika kamu senang menyebut yang demikian itu sebagai politik maka silakan saja menyebutnya sesuka kamu karena tidak akan membahayakan kami nama-nama tersebut selama mana intisari-intisarinya jelas dan tujuan-tujuannya juga terang.”


IMAM HASAN AL BANA PENDIRI JAMAAH

Jika dia masih hidup, maka umurnya sekarang 108 tahun, sudahlah sangat tua . Namun, jasadnya sudah kembali kepada Tuhannya hampir 65 tahun yang lalu. Adapun namanya, jika dunia ini masih bertahan 1000 tahun lagi, insya Allah ia mampu kekal sehingga ke zaman itu.

Dia pencinta Rasulullah saw, maka baginda pasti mencintainya juga. Justeru dia hampir memperolehi semua apa yang diperolehi oleh baginda, kecuali ‘nubuwwah’ (kenabian).

Namanya dijulang setinggi-tingginya oleh para pencintanya di dunia. Apabila para malaikat turut mencintainya, maka sampailah namanya penuh gilang gemilang di lapisan langit ke tujuh, di singgasana pertemuan dua kekasih sebenar di malam mi’raj itu.

Imam Hasan Al-Banna meninggal dunia dalam usianya 43 tahun. Usia yang terlalu muda untuk meninggalkan pengikutnya yang terlalu menyayanginya. Ramai yang meratapi kematiannya.

Dia ditembak mati agar dia mati selama-lamanya namun, malang sekali bagi musuh-musuhnya bahwa suaranya tidak mati. Suaranya terus bergema menerawang menghantui kezaliman duniawi sambil menggamit cahaya kebenaran hingga kini.

Beliau adalah mujaddid yang mewakili seribu ulama’. Oleh karena itu, beliau pergi dengan seribu ulama’ menggantikan tempatnya untuk menyebarkan apa yang dikehendaki Allah untuk agamaNya.

Tajdid adalah sunnah yang pasti untuk agama Islam. Agama ini mesti kekal secantik dan seasli sebagaimana ianya dipegang di tangan Rasulullah saw dahulu. Tiada lagi jalan, tiada lagi tali dan tiada lagi agama selepasnya buat manusia untuk mengenali dan menyembah Tuhannya.

Sepanjang zaman, umat Muhammad saw sentiasa  ditemani perjalanan mereka dengan para ‘mujaddid’ (pembaharu agama) yang dihantar oleh Allah untuk memperbaharui fikiran, iman dan amal mereka pada agama mereka. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memulakanya dan kemudiannya berderetanlah nama-nama ulama’ dan pejuang agung dalam sejarah umat ini.

Kita mengenali mereka pada sirah perjalanan dan pengajaran mereka. Untuk Imam Hasan Al- Banna, kita turut mengenali wajahnya pada keasliannya. Lihatlah wajahnya, Allah swt telah melakarkan keindahan hebat yang terlukis dan terukir dalam seri wajahnya itu.

Beliau dikeluarkan untuk umat yang sedang tewas kepada kekufuran yang melanda dunia Islam secara total. Beliau menubuhkan Al Ikhwan Al Muslimun di Mesir sebaik sahaja benteng terakhir Islam, kerajaan Khilafah Uthmaniyah di Turki runtuh.

Ketika itu, umat terhanyut dalam bahtera karam yang dihempas oleh gelora jahiliyah abad 20 yang mengganas seganas-ganasnya. Umat Islam sedang merentas laluan yang belum pernah dilalui sebelumnya.

Kita namakannya sebagai ‘syumuliyyatul Islam’ (Islam yang syumul). Itulah tajdid Al Imam. Musuh menembak Islam secara bertalu-talu sehingga Islam porak poranda dalam kepingan-kepingan yang akhirnya hanyut dan terpisah-pisah oleh arus ganas. Umat yang kelemasan bergayut kepada mana-mana kepingan yang mampu digapai. Setengahnya terus lemas ditelan badai.

Dalam tempoh yang sukar, mereka hidup di atas bagian-bagian yang terpisah itu. Dalam kepompong itu mereka hidup. Itulah Islam yang mereka fahami. Jika itu, tiada yang melanda kecuali perasaan putus asa, kekecewaan dan ketewasan menghadapi kehidupan.

Imam Hasan Al Banna datang membawa bahtera baru. Maka naiklah, kerana inilah Islam yang syumul. Inilah bahtera kekuatan dan kemenangan yang dinantikan.

Dakwah dan seruannya itu cukup untuk memporakporandakan kekufuran. Oleh karena itu,  Imam Hasan Al Bana perlu dihapuskan. Pembunuhnya bukan orang  sembarangan karena ia adalah  kekufuran dunia.

Biarkan pembunuh itu membunuh karena kematian adalah kesudahan untuk semua orang. Namun, bagi pejuang Islam, kematian itulah kehidupan yang diimpikan. Imam Hasan Al-Banna telah mengenyamnya, walaupun kita hanya mengimpikannya.

Sesungguhnya banyak para pejuang Islam hampir-hampir tidak mampu untuk melepaskan diri daripada ‘legacy’ (peninggalan perjuangan) beliau. Kita terlalu mencintainya karena kita tahu dia terlalu mencintai Allah dan Allah pasti mencintainya.

Sesungguhnya Imam Hasan Al-Banna benar-benar mengajar kita untuk mencintai Allah.

Ya Allah, sesungguhnya kami menagih cintaMu. Jadikanlah kami para pendukung agamaMu sebagaimana para salafush soleh dari umat ini. Permudahkanlah kami mengikuti jalan Salafiyah dengan berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah serta ijma’ Salafush Soleh.

Aamiin Ya Rabbal Alamin

0 comments:

Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan

UP DATE VIDEO PKS

TOTAL LAYANGAN BULAN INI

TRENDING

 
Copyright © PKS DPC Sumedang Utara - All Rights Reserved
    Facebook Twitter YouTube