Jika seluruh manusia di dunia ini memiliki "Karakteristik Pribadi Mulia", bisa dibayangkan betapa indahnya kehidupan ini :
1. Tidak ada konflik.
2. Tidak ada permusuhan.
3. Tidak ada tindakan kriminal.
Sebaliknya, yang ada adalah :
a. Semangat kerjasama.
b. Saling berkasih-sayang.
c. Suka tolong-menolong.
d. Sentiasa berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.
1. Tidak ada konflik.
2. Tidak ada permusuhan.
3. Tidak ada tindakan kriminal.
Sebaliknya, yang ada adalah :
a. Semangat kerjasama.
b. Saling berkasih-sayang.
c. Suka tolong-menolong.
d. Sentiasa berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.
Bisakah keadaan ini tercipta???
Insya Allah bisa tercipta dengan syarat, Dakwah Islamiyah terus menerus berlangsung dengan para pendakwahnya berjiwa :
1. Mujaddid (pembaharu).
2. Muwahhid (penyatu).
3. Mujahid (pejuang).
4. Muaddib (pendidik).
5. Musaddid (pelurus).
di samping dengan berbekalkan keimanan dan keikhlasan.
Sasaran utama dakwah adalah perubahan pola berfikir dan sikap, sehingga terbentuk manusia-manusia yang berkeperibadian mulia. Itulah juga yang menjadi misi Islam sejak kelahirannya, yakni membentuk budi pekerti yang mulia.
Akhlak tempatnya di dalam hati. Ia adalah "central command" perilaku manusia dan ia juga adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang.
Asas akhlak yang membawa kebaikan amal perbuatan adalah zikrullah, iaitu selalu mengingati Allah swt dalam segala keadaan. Zikrullah adalah dasar akhlak mulia, bersama sifat pemaaf, suka mengajak kepada kebenaran, berpaling dari orang-orang bodoh, suka berlindung kepada Allah swt dari godaan syaitan.
"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaithon maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS Al A'raf : 199-201)
Usaha dakwah yang kita laksanakan hendaklah tidak terlepas dari upaya untuk membentuk karakter pribadi mulia dengan asas akhlak yang mulia seperti berikut :
PERTAMA : BERBICARA YANG BAIK-BAIK SAJA
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau (jika tidak demikian) hendaklah diam." (HR Bukhari dan Muslim)
Sebuah pembicaraan dikatakan baik apabila isinya :
a. Bermanfaat.
b. Mengandungi kebajikan.
c. Membuat pendengarnya senang hati.
d. Tidak menyakiti hati orang lain.
Pembicaraan yang baik mempunyai beberapa ciri :
1. Penggunaan kata-kata yang benar atau sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (qaulan sadida) sebagaimana ayat berikut :
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khuatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS An-Nisaa' : 9)
2. Penggunaan kata-kata yang tepat sasaran, komunikatif, atau mudah difahami (qaulan baligha) sebagaimana ayat berikut :
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka." (QS An Nisaa' : 63)
3. Penggunaan kata-kata yang santun, lemah-lembut, atau tidak kasar (qaulan karima) sebagaimana ayat berikut :
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS Al Isra' : 23)
4. Pembicaraan yang baik juga mesti mengandungi kejujuran atau kebenaran (shidqi).
KEDUA : MALU (HAYA')
Malu adalah perasaan untuk tidak ingin direndahkan atau dipandang buruk oleh pihak lain. Jadi, malu adalah persoalan harga diri atau maruah.
Malu yang paling utama adalah malu kepada Allah swt sehingga kita tidak ingin berbuat sesuatu yang melanggar peraturanNya. Malu kepada manusia juga mestilah dalam konteks malu kepada Allah.
"Sesungguhnya sebahagian yang didapatkan manusia dari perkataan nabi-nabi terdahulu ialah 'Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu!'" (HR Bukhari)
KETIGA : RENDAH HATI (TAWADHU')
Ia adalah perasaan lemah dan kecil di hadapan Allah. Sifat ini akan membuat seseorang tidak :
a. Berlaku sombong.
b. Tidak memandang dirinya mulia.
c. Merasa paling benar.
Fudhail bin Iyadh berkata :
"Tawadhu' ialah tunduk kepada kebenaran dan mengikutinya, walaupun kebenaran itu datang dari seorang anak kecil."
KEEMPAT : SENYUM ATAU BERMANIS MUKA
Senyum adalah suatu kebajikan dan sama dengan ibadah sedekah. Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya agar murah senyum atau bermuka manis. Kemanfaatan senyum dapat kita rasakan tatkala melihat keramahan orang lain pada kita.
Sebaliknya, sukakah kita melihat orang bermuka masam terhadap kita?
Rasulullah saw bersabda : "Kamu tidak dapat meratai (memberi semua) manusia dengan harta-hartamu, tetapi hendaklah bermanis muka dan perangai yang baik dari kamu meratai mereka." (HR Abu Ya'la)
KELIMA : SABAR
Bersabar dalam pergaulan adalah sifat mukmin sejati. Dalam bergaul, kita menemui ramai manusia dengan berbagi ragam, watak dan perilakunya :
a. Ada yang menyenangkan.
b. Ada pula yang menyusahkan.
Terhadap yang tidak menyenangkan, kita disuruh bersabar menghadapi sikap mereka.
"Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka." (HR Ibnu Majah dan Tirmizi)
Imam Al-Ghazali berkata :
"Sabar adalah suatu keadaan mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama".
Menurut Nabi saw, ada beberapa tingkatan sabar iaitu :
1. Sabar dalam menghadapi musibah.
2. Sabar dalam mematuhi perintah Allah swt.
3. Sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Sabar yang pertama merupakan tingkatan kesabaran yang terendah, yang kedua merupakan tingkatan pertengahan dan yang ketiga merupakan tingkatan kesabaran tertinggi. (HR Ibnu Abi Ad-Dunia)
KEENAM : KUAT ATAU TAHAN DIRI
Kuat artinya memiliki ketahanan mental dan fizikal yang tinggi, tidak mudah putus asa, tidak suka mengeluh dan sihat jasmani-rohani. Kuat juga boleh diertikan sebagai unggul dan berkualiti.
Firman Allah swt :
"Janganlah berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir." (QS Yusuf : 87)
KETUJUH : PEMAAF DAN TIDAK PENDENDAM
Memaafkan kesalahan manusia dan menahan amarah adalah ciri orang yang bertakwa sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt dalam Al Qur'an :
"(Iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran ayat 134)
Begitu juga Rasulullah saw bersabda :
"Allah tidak akan menambah seseorang yang suka memberi maaf melainkan dengan kemuliaan." (HR Muslim)
KEDELAPAN : MENAHAN AMARAH
Marah boleh membawa kepada malapetaka. Orang yang sedang marah sebenarnya telah dikuasai oleh hawa nafsu dan syaitan. Fikirannya menjadi tidak jernih dan tidak bersih. Akalnya menjadi tidak berfungsi normal.
Rasulullah saw bersabda :
"Bukanlah orang yang gagah perkasa namanya iaitu yang kuat bergusti, tetapi yang disebut gagah perkasa itu ialah orang yang dapat mengendalikan nafsunya (dirinya) ketika sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim)
KESEMBILAN : ZUHUD
Ketika seorang sahabat meminta nasihat tentang amal yang disukai Allah dan manusia, Nabi saw menegaskan :
"Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah menyukaimu dan zuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia menyukaimu." (HR Ibnu Majah)
Zuhud adalah sikap yang tidak terlalu mencintai dunia, bahkan membencinya dalam batas-batas yang wajar.
Menurut Rasulullah saw :
"Zuhud di dunia tidak mengharamkan yang halal dan tidak membuang harta..." (HR Tirmizi)
KESEPULUH : QANAAH
Ia adalah sikap merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah swt. Sikap yang demikian membuatnya tenang dan sentiasa mensyukuri pemberianNya, samada sedikit ataupun banyak.
Rasulullah saw bersabda :
"Bukanlah orang kaya itu yang banyak hartanya, melainkan yang kaya jiwanya (hatinya)." (HR Bukhari dan Muslim)
KESEBELAS : WARA'
Ia adalah sikap menjauhi perkara-perkara yang syubhat kerana takut jatuh kepada keharaman. Syubhat ertinya tidak dapat dipastikan halal-haramnya (berada antara halal dan haram).
Nabi saw berkata :
"Siapa yang menjauhi syubhat bererti ia membersihkan diri dan agamanya. Siapa yang mendekati syubhat, maka dikhuatirkan termasuk pada hal yang haram. (HR Muttafaq `Alaih)
KEDUABELAS : SUKA MENOLONG
Ia adalah sikap suka membantu orang yang sedang dalam kesulitan, selama berada pada garis kebaikan dan takwa. Termasuk menolong orang lain adalah menutupi aibnya sehingga tidak membuatnya
malu.
Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang menutupi aib orang mukmin, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan tetap menolong hambaNya selama hambaNya itu suka menolong saudaranya." (HR Muslim)
Demikianlah beberapa karakteristik pribadi mulia yang mesti kita tanamkan dalam diri kita dan didakwahkan kepada orang lain. Semoga Allah memberikan bimbingan dan pertolongan kepada kita dan para pendakwah di jalan Allah SWT.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
Akhlak tempatnya di dalam hati. Ia adalah "central command" perilaku manusia dan ia juga adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang.
Asas akhlak yang membawa kebaikan amal perbuatan adalah zikrullah, iaitu selalu mengingati Allah swt dalam segala keadaan. Zikrullah adalah dasar akhlak mulia, bersama sifat pemaaf, suka mengajak kepada kebenaran, berpaling dari orang-orang bodoh, suka berlindung kepada Allah swt dari godaan syaitan.
"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaithon maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS Al A'raf : 199-201)
Usaha dakwah yang kita laksanakan hendaklah tidak terlepas dari upaya untuk membentuk karakter pribadi mulia dengan asas akhlak yang mulia seperti berikut :
PERTAMA : BERBICARA YANG BAIK-BAIK SAJA
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau (jika tidak demikian) hendaklah diam." (HR Bukhari dan Muslim)
Sebuah pembicaraan dikatakan baik apabila isinya :
a. Bermanfaat.
b. Mengandungi kebajikan.
c. Membuat pendengarnya senang hati.
d. Tidak menyakiti hati orang lain.
Pembicaraan yang baik mempunyai beberapa ciri :
1. Penggunaan kata-kata yang benar atau sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (qaulan sadida) sebagaimana ayat berikut :
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khuatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS An-Nisaa' : 9)
2. Penggunaan kata-kata yang tepat sasaran, komunikatif, atau mudah difahami (qaulan baligha) sebagaimana ayat berikut :
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka." (QS An Nisaa' : 63)
3. Penggunaan kata-kata yang santun, lemah-lembut, atau tidak kasar (qaulan karima) sebagaimana ayat berikut :
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS Al Isra' : 23)
4. Pembicaraan yang baik juga mesti mengandungi kejujuran atau kebenaran (shidqi).
KEDUA : MALU (HAYA')
Malu adalah perasaan untuk tidak ingin direndahkan atau dipandang buruk oleh pihak lain. Jadi, malu adalah persoalan harga diri atau maruah.
Malu yang paling utama adalah malu kepada Allah swt sehingga kita tidak ingin berbuat sesuatu yang melanggar peraturanNya. Malu kepada manusia juga mestilah dalam konteks malu kepada Allah.
"Sesungguhnya sebahagian yang didapatkan manusia dari perkataan nabi-nabi terdahulu ialah 'Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu!'" (HR Bukhari)
KETIGA : RENDAH HATI (TAWADHU')
Ia adalah perasaan lemah dan kecil di hadapan Allah. Sifat ini akan membuat seseorang tidak :
a. Berlaku sombong.
b. Tidak memandang dirinya mulia.
c. Merasa paling benar.
Fudhail bin Iyadh berkata :
"Tawadhu' ialah tunduk kepada kebenaran dan mengikutinya, walaupun kebenaran itu datang dari seorang anak kecil."
KEEMPAT : SENYUM ATAU BERMANIS MUKA
Senyum adalah suatu kebajikan dan sama dengan ibadah sedekah. Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya agar murah senyum atau bermuka manis. Kemanfaatan senyum dapat kita rasakan tatkala melihat keramahan orang lain pada kita.
Sebaliknya, sukakah kita melihat orang bermuka masam terhadap kita?
Rasulullah saw bersabda : "Kamu tidak dapat meratai (memberi semua) manusia dengan harta-hartamu, tetapi hendaklah bermanis muka dan perangai yang baik dari kamu meratai mereka." (HR Abu Ya'la)
KELIMA : SABAR
Bersabar dalam pergaulan adalah sifat mukmin sejati. Dalam bergaul, kita menemui ramai manusia dengan berbagi ragam, watak dan perilakunya :
a. Ada yang menyenangkan.
b. Ada pula yang menyusahkan.
Terhadap yang tidak menyenangkan, kita disuruh bersabar menghadapi sikap mereka.
"Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka." (HR Ibnu Majah dan Tirmizi)
Imam Al-Ghazali berkata :
"Sabar adalah suatu keadaan mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama".
Menurut Nabi saw, ada beberapa tingkatan sabar iaitu :
1. Sabar dalam menghadapi musibah.
2. Sabar dalam mematuhi perintah Allah swt.
3. Sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Sabar yang pertama merupakan tingkatan kesabaran yang terendah, yang kedua merupakan tingkatan pertengahan dan yang ketiga merupakan tingkatan kesabaran tertinggi. (HR Ibnu Abi Ad-Dunia)
KEENAM : KUAT ATAU TAHAN DIRI
Kuat artinya memiliki ketahanan mental dan fizikal yang tinggi, tidak mudah putus asa, tidak suka mengeluh dan sihat jasmani-rohani. Kuat juga boleh diertikan sebagai unggul dan berkualiti.
Firman Allah swt :
"Janganlah berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir." (QS Yusuf : 87)
KETUJUH : PEMAAF DAN TIDAK PENDENDAM
Memaafkan kesalahan manusia dan menahan amarah adalah ciri orang yang bertakwa sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt dalam Al Qur'an :
"(Iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran ayat 134)
Begitu juga Rasulullah saw bersabda :
"Allah tidak akan menambah seseorang yang suka memberi maaf melainkan dengan kemuliaan." (HR Muslim)
KEDELAPAN : MENAHAN AMARAH
Marah boleh membawa kepada malapetaka. Orang yang sedang marah sebenarnya telah dikuasai oleh hawa nafsu dan syaitan. Fikirannya menjadi tidak jernih dan tidak bersih. Akalnya menjadi tidak berfungsi normal.
Rasulullah saw bersabda :
"Bukanlah orang yang gagah perkasa namanya iaitu yang kuat bergusti, tetapi yang disebut gagah perkasa itu ialah orang yang dapat mengendalikan nafsunya (dirinya) ketika sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim)
KESEMBILAN : ZUHUD
Ketika seorang sahabat meminta nasihat tentang amal yang disukai Allah dan manusia, Nabi saw menegaskan :
"Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah menyukaimu dan zuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia menyukaimu." (HR Ibnu Majah)
Zuhud adalah sikap yang tidak terlalu mencintai dunia, bahkan membencinya dalam batas-batas yang wajar.
Menurut Rasulullah saw :
"Zuhud di dunia tidak mengharamkan yang halal dan tidak membuang harta..." (HR Tirmizi)
KESEPULUH : QANAAH
Ia adalah sikap merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah swt. Sikap yang demikian membuatnya tenang dan sentiasa mensyukuri pemberianNya, samada sedikit ataupun banyak.
Rasulullah saw bersabda :
"Bukanlah orang kaya itu yang banyak hartanya, melainkan yang kaya jiwanya (hatinya)." (HR Bukhari dan Muslim)
KESEBELAS : WARA'
Ia adalah sikap menjauhi perkara-perkara yang syubhat kerana takut jatuh kepada keharaman. Syubhat ertinya tidak dapat dipastikan halal-haramnya (berada antara halal dan haram).
Nabi saw berkata :
"Siapa yang menjauhi syubhat bererti ia membersihkan diri dan agamanya. Siapa yang mendekati syubhat, maka dikhuatirkan termasuk pada hal yang haram. (HR Muttafaq `Alaih)
KEDUABELAS : SUKA MENOLONG
Ia adalah sikap suka membantu orang yang sedang dalam kesulitan, selama berada pada garis kebaikan dan takwa. Termasuk menolong orang lain adalah menutupi aibnya sehingga tidak membuatnya
malu.
Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang menutupi aib orang mukmin, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan tetap menolong hambaNya selama hambaNya itu suka menolong saudaranya." (HR Muslim)
Demikianlah beberapa karakteristik pribadi mulia yang mesti kita tanamkan dalam diri kita dan didakwahkan kepada orang lain. Semoga Allah memberikan bimbingan dan pertolongan kepada kita dan para pendakwah di jalan Allah SWT.
Ya Allah, kurniakanlah sifat-sifat dan karakter-karakter pribadi yang mulia kepada kami sehingga memudahkan kami untuk menyampaikan dakwah dan risalahMu kepada manusia. Jauhkanlah sifat-sifat dan karakter-karakter yang buruk dari kami yang akan menjauhkan manusia daripada mendapat petunjuk dan hidayahMu.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
0 comments:
Alhamdulillah wa'syukurilah Bersyukur padamu ya Allah Kau jadikan kami saudara, Indah dalam kebersamaan